PEMBUNUH ANGELINE DILINDUNGI BALIAN PENGIWA

PEMBUNUH ANGELINE DILINDUNGI BALIAN PENGIWA


Oleh : Gusti A


Siapa yang sebenarnya membunuh Angeline? Mengapa pelakunya susah diungkap? Pertanyaan-pertanyaan itu menyeruak dikalangan masyarakat karena polisi baru menetapkan satu tersangka yakni Agustinus Tae (26). Padahal dari beberapa fakta yang ada, masyarakat meyakini pembunuh Angeline yang sebenarnya bukan Agustinus. Ya, kasus ini hanya bisa diungkap secara gamblang jika polis melibatkan Balian yang memiliki ilmu lebih tinggi dibanding ilmu Balian Pengiwa yang disewa pelaku.


Pembunuhan terhadap Angeline, bocah cantik 8 tahun, sudah direncanakan secara matang. Bahkan pelaku melibatkan seorang Balian yang memiliki ilmu Pangiwa atau teluh untuk menghabisi nyawa bocah kelas II SDN 12 Sanur Bali. Pelaku juga merencanakan untuk menghilangkan jejak jasad Angeline dengan cara menyelimutinya dengan kabut gaib. Itu sebabnya, meski beberapa kali melakukan penyisiran dirumah Angeline di Jalan Sedap Malam No 26 Kesiman Denpasar, namun polisi tidak bisa melihat gundukan tanah di bawah pohon pisang - dekat kandang ayam, tempat jasat Angeline dikubur.

“Jika tidak dilakukan ritual untuk membuka tabir gaib yang menutupi keberadaan Angeline, maka selamanya tidak akan ketemu. Kabut itu sangat kuat, berwarna hitam pekat, nemun tidak bisa dilihat dengan mata telanjang,” ujar Nyoman Marina, salah seorang Balian yang tinggal di Sanur.

Angeline dinyatakan hilang    sejak 16 Mei 2015 pukul 15.00 waktu setempat. Sang kakak Tiri, Yvone, membuat Angeline; Fine Angeline-Bali’s Missing Child., yang segera mendapat sambutan luas masyarakat yang turut prihatin. Bahkan adik Yvone, yakni Chistina sempat membuat sebuah situs penggalangan dana Help find Angelina untuk mengumpulkan uang demi membantu keluarga menemukan Angeline.

Situs bernama gofundme.com tersebut dibuat pada 21 Maret 2015 atas nama Christina Kunci dan berdasarkan pantauan Tempo telah berhasil mengumpulkan dana sebesar US$ 3.210 atau sekitar Rp 41,7 juta. Dari 33 orang yang tercatat sebagai penyumbang, selain yang tidak menyebutkan identitas mereka (anonymous) ditemukan sejumlah nama yang kemungkinan besar adalah bukan warga negara Indonesia. Ada nama-nama seperti Pati McCandless yang menyumbang US$50. Maree Fairclough US$35, dan Daniel Showlund US$ 100.

Pilosi sendiri pun sempat kesulitan melacak keberadaan Angeline. Kasus ini semakin heboh setelah keluarga Margreith CH Megawe - orang tua angkat Angeline, menunjukkan sikap kurang bersahabat terhadap beberapa pihak yang mencoba membantu mencari Angeline. Setelah menerima kedatangan Ketua Komisi Perlindungan Anak (KPAI) Arist Merdeka Sirait, belakangan keluarga Margreith menolak kedatangan dua Menteri yakni MenPAN RB Yuddy Chrisnandi dan menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise yang ikut prihatin dengan kasus tersebut.

Penolakan kunjungan dua menteri yang bermaksud membantu menemukan Angeline - yang dibantak oleh Margreith, membuat polisi semakin curiga ada sesuatu yang disembunyikan dirumah Margreith. Namun meski sempat dua kali melakukan penyisiran dengan dibantu anjing pelacak, ternyata polisi belum bisa mengendus lokasi pemakaman Angeline.

Akhirnya polisi pin mengerahkan pasukan baru sergap (buser) dengan dibantu Balian untuk mencari sosok Angeline. Hasilnya Angeline ditemukan, Rabu 10 Juni 2015 sekitar pukul 12.30 Wita, namun dalam kondisi sudah tidak bernyawa. Jasad Angeline ditemukan dipekarangan rumah dalam gundukan tanah baru disebelah kandang ayam dan dekat pohon pisang.

Jasad Angeline ditemukan setelah Balian Nyoman Marina melakukan ritual jagung dibakar dan telur diguling sejak Selasa malam hingga Rabu pukuk 04.00 dini hari.

“Dalam penerawangan itu makhluk halus yang pegang Angeline meminta saya harus menerima kondisi korban dalam keadaan hidup atau mati. Setelah saya sanggupi, kabut gaibyang menyelimuti keberadaab Angeline pun terbuka sehingga dapat ditemukan oleh polisi,” kata Nyoman Marina.

Meski jasadnya sudah ditemukan, makhluk jahat yang digunakan untuk menutupi jejak pembunuhan itu masih mengurung arwah Angeline. Jro Dasa Sedap Malam - soerang spiritualis setempat, sempat didatangi arwah Angeline. Arwah bocah 8 tahun itu meminta tolong agar arwahnya dilepaskan karena saat ini masih terkurung dalam rumah. Esoknya, digelarlah ritual “Ngulapin” yang dilakukan oleh Jro Dasa beserta kepala sekolah, guru dan teman-teman Angeline

Dalam ritual tersebut, para guru membawa bungkusan yang berisi baju sekolah dan beberapa sesajen.

“Angelineminta dibawakan baju dan di minta maaf kalau ada kesalahan. Selama ini arwahnya masih berada di dalam rumah, dijaga penunggu Pura Batu Bolong,” ujar Jro Dasa. Mestinya upacara Ngulapin langsung diadakan setelah penemuan jasad Angeline. Namun saat itu kesulitan karena masih disisir polisi.

Kematian Angeline, bocah 8 tahun yang dibunuh dan dikubur didekat kandang ayam dibelakang rumah orang tua angkatnya, Margreith, mendapat perhatian publik. Terbaru, kejadian mistis uang dialami sejumlah orang di kediaman Angeline menjadi pembicaraan banyak orang.

Bukti pelaku pembunuhan terhadap Angeline dibantu Balian pemilik ilmu teluh atau pengiwa semakin menguat setelah adanya beberapa kejadian mistis di sekitar rumah orang tua angkatnya. Salah satunya adanya suara anak kecil meminta tolong. Saat itu jenazah Angeline belum ditemukan. Kejadian lainnya, Agustinus Tae yan telah ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan Angeline mengaku kerap didatangi arwah Angeline dalam mimpi.

Yang tidak kalah menghebohkan adalah hilangnya barang-barang sumbangan earga yang diletakkan di pekarangan rumah Angeline, termasuk puluhan boneka. Padahal, rumah itu dipasangi garis polisi, sehingga yang boleh masuk ke pekarangan rumah itu hanya polisi.

“Seluruh boneka Angeline hilang. Padahal sejak peristiwa ini mencuat, rumah Angeline di police line. Jadi, tidak ada seorang pun yang berani masuk selain penyidik,” ujar Wayan Subaga, warga setempat.

Dalam perkembangan penyidik yang dilakukan Polresta Denpasar, tersangka Agustinus Tae yang semua dengan gamblang mengaku sebagai pelaku tunggal pembunuhan terhadap Angeline, bahkan dikatakan sempat memperkosa jenazahnya, akhirnya meralat pengakuannya. Agustinus menuding Margreith sebagai pelaku pembunuhan yang sebenarnya.

“Saya disuruh mengaku dengan janji akan diberi imbalan Rp 200 juta,” kata Agustinus seperti ditirukan pengacaranya Haposan Sihombing.

“Pengakuan terakhir klien saya dan langsung di BAP, dia hanyalah berperan menguburkan jasad Angeline,” lanjut Haposan. Atas pengakuan Agustinus, penyidik lantas memeriksa Margreith sebagai saksi, Sabtu (20/6) lalu.

“Margreith mamang kami periksa lagi terkait ocehan tersangka Agustinus. Dengan keterangan baru ini tentu kami harus mendalami kasus tewasnya Angeline sehingga kasusnya menjadi jelas dan terang benderang,” ujar seorang penyidik yang enggan ditulis jati dirinya.

Terkait pemeriksaan terhadap Margreith ini juga diakui kuasa hukumnya Dion Pongkor. Pemeriksaan dimulai pukuk 11.30 Wita sampai dengan pukul 19.00 di ruang Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Bali. Dalam pemeriksaan tersebut, Margreith ditemani tiga kuasa hukumnya dari Hotma Sitompoel & Associates. Ditemui seusai pemeriksaan, Dion Pongkor satu dari pengacara yang mendampingi Margreith saat diperiksa menyatakan kliennya dicecer puluhan pertanyaan oleh penyidik. Pertanyaan yang diajukan penyidik masih seputar kehilangan Angeline.

“Ada 53 pertanyaan dari penyidik. Pertanyaan seputar kehilangan, lebih detail dan dipertajam lagi. Misalnya tentang sandalnya Angeline ada berapa, mereknya apa, seperti itu,” jelas Dion Pongkor. Dari 53 pertanyaan yang diajukan penyidik, dikatakan Dion, klien menjawab semuanya karena selama ini tidak ada yang disembunyikan oleh kliennya.

“Semua pertanyaan yang diajukan penyidik semua bisa dijawab, karena tidak ada yang disembunyikan. Jawaban Ibu Margreith sejauh apa yang dia ingat, dia sampaikan seperti sandalnya warna apa, bajunya warna apa waktu hilangnya Angeline,” kata Dion.

Pihaknya menyatakan tidak ada kendala dalam pemeriksaan. Lamanya pemeriksaan karena penyidik lebih detail menanyakan. Margreith disebut merasa lelah dan bosan diperksa setiap hari dengan pertanyaan brulang-ulang, hingga akhirnya pada pemeriksaan tadi terkait pembunuhan Angeline, dirinya menantang agar diperiksa tanpa jeda langsung marathon.

Dion, menuturkan Margreith meminta kepada penyidik untuk menggeber seluruh pertanyaan yang akan disampaikan kepadanya. 

“Tidak ada jeda tadi (pemeriksaannya). Dari pertamaa hingga selesai, langsung dianjurkan,” kata Dion.

Dalam pemeriksaan itu Margreith mengaku tak tahu Angeline hilang karena dibunuh Agustinus.” Margreithtidak tahu jika Angeline sudah dibunuh Agustinus. Dia sedang menonton TV dikamar saat itu,” ungkap Dion> pada saat hilangnya Angeline, tambah Dion, sekitar jam 13.00 Wita, pada saat itu, Agustinus mengatakan jika Angeline pergi pinjam pinsil. Saat setengah jam ditunggu tak kembali, Margreith mencari dan memanggil Angeline.

“Versi Margreith dia sudah mencari-cari Angeline. Di tetangga, di kepala lingkungan dan kemudian melaporkan kehilangan pada malam itu ditemani Yvone ke Polsek setempat,” jelas Dion.

Bahkan menurut Dion, Margreith sempat mencari Angeline dan memeriksa kamar Agustinus. Namun lantaran tidak ada kecurigaan, Margreith tidak mengecek secara detail kamar Agustinus. Padahal menurut pengakuan Agustinus yang lalu, setelah dibunuh, Angeline diletakkan di dalam lemari Agustinus.

“Tidak ada kecurigaan pada saat itu, hanya dibukakak pintu kamar kemudian Bu Margreith memanggil-manggil Angeline,” pungkasnya.

Dari penjelasan tersebut, Dion memastikan jika belum ada bukti dan saksi mengenai keterlibatan Margreith dalam aksi pembunuhan keji tersebut. “Belum ada bukti keterlibatan Margreith. Belum ada barang bukti yang menunjukan keterlibatan klien kami,” tutup Dion.


Pelet Bulu Perindu
Pelet Dari Jarak Jauh Nan Ampuh
Gebetan Anda Kembali Rindu Lagi, Tanpa ritual
Klik di sini
Pesan WhatsApp: 62895-35644-0040 Bersponsor -

>