MISTERI MAKAM TUA DI DESA GEDONGAN
Oleh : Bagaskara Shanta
Tujuh buah makan bertengger diatas sebuahbukit. Lumut yang menyelimuti disekitar menguatkan kesan bahwa makam-makam disana tidak ada yang ngopeni, sekaigus menandakan betapa kuburan-kuburan itu sangatlah tua. Jasad siapakah yang bersemahyam di balik makam-makam yang bentunknya hanya berupa tumpukan bata merah dan batu kali itu? Benarkah makam-makam tersebut merupakan kubur tokoh aulia yang memiliki derajat setinggi para Wali yang dijaman buhun bersyiar Islam didaerah tersebut?
“Saya tidak tahu persis jasad-jasad siapa saja yang terkubur di balik makam ini,” kata Pak Marina (64), warga seyempat yang rela manghabiskan hari-harinya menjadi juru kunci makam. Dengan lugu ia mengaku belum pernah menemukan dan membaca referensi perihal kuburan tua yang ada diatas sebuah bukit di Desa Gedongan Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon.
Kalau pun Pak Marina bisa bertutur bahwa makam-makam itu merupakan kubur dari sejumlah yang puluhan tahun --- bahkan mungkin ratusan tahun --- silam melakukan syiar Islam di Gedongan, itu pun bersumber dari cerita tutur kakek buyutnya. Langkanya bukti-bukti sejarah yang faktual membuat Pak Marina kesulitan jika ada peziarah yang bertanya perihal makam tua dan jasad yang menjadi penghuninya.
Aura wingit terasa sangat kental tatkala Misteri manapaki jalan setapak yang mengarah keatas bukit tempat makam-makam itu berada. Pepohonan yang menjulang tinggi diatas bukit seolah menjadi payung alam yang melindungi keberadaan makam, sekaligu menguatkan kewingitan makam. Disekitar makam tidak ada sedikit pun jejak seperti taburan bunga, kemenyan atau hio yang menunjukan bahwa makam tua disana sering diziarahi orang.
Namun menurut pengakuan Pah Marina, sekali-sekali ada juga orang yang datang untuk berziarah ke makam. Uniknya peziarah-peziarah yang datang ke sana kebanyakan adalah orang-orang pelaku spiriyual atau matefisika, selain pemilik podok pesantren atau majelis taklim yang datang dari berbagai daerah.
“Saya tidak tahu dari mana mereka tahu kalau disini ada makam keramat,” ujar Pak Marina.
Belum lama ini, cerita Pak Marina, seorang peziarah asal Bandung datang berziarah ke makam tua di Gedongan. Sebelum naik ke atas bukit si peziarah konon sempat melihat fenomena aneh muncul dari area makam. Dari kejauhan si peziarah yang tidak disebutkan namanya itu melihat ada berkas-berkas cahaya cukup menyilaukan mata menyala di atas bukit. Melihat fenomena ganjil seperti itu si peziarah kemudian meyakini bahwa makam-makam tua diatas bukit bukanlah kubur orang sembarang. Ia yakin makam-makam itu merupakan kubur dari orang-orang yang terpelihara keimanannya kepada Allah SWT.
Keberadaan makam-makam tua diatas bukit Desa Gedongan hingga sekarang masih diselimuti kabut misteri. Langkanya bukti sejarah yang faktual tentang makam-makam tersebut seolah kian diperparah dengan langkanya inisiatif dari pemerintah daerah setempat untuk menginventarisir jejak-jejak sejarah masa silam.
“Hampir semua makam tua yang berceceran di Cerebon kebanyakan masih berakitan erat dengan Keraton di Cerebon. Tetapi sayangnya kita seolah kehilangn jejak-jejak sejarah masa silam karena ketidakadaan referensi berupa buku-buku atau catatan sejarah,” kata ki Jaka Pinayungan yang berkenan mengantar Misteri menyambangi makam tua diatas bukit Desa Gedongan.
Melalui kontemplasi gaib yang dilakukan oleh Ki Jaka, jasad yang terkubur di balik makam kuno tersebut diduga adalah tokoh-tokoh yang ratusan tahun silam pernah tinggal di Gedongan dan mengembangkan syiar Islam disana.
“Sepertinya makam-makam ini merupakan kubur dari orang-orang yang memiliki derajat setara aulia,” ujar Ki Jaka Pinayungan seraya menyebutkan beberap diantara mereka adalah utusan dari kesultanan Cirebon yang ditugaskan untuk menyebarkan agama Islam di Gedongan. Sayangnya pada kesempatan itu Ki Jaka enggan menyebutkan nama-nama tokoh yang jasadnya bersemayam disana.
Hal senada diungkapkan oleh Pak Marina. Berdasarkan cerita yang ia peroleh dari orangtua maupun kakek buyutnya, pada berabad silam Desa Gedongan pernah dijadikan sebagai tempat penyimpanan piranti perang. Konon disana pernah berdiri sebuah bangunan (gedong,gedung) yang memiliki banyak kamar/ ruangan untuk menyimpan senjata seperti keris, tumbak, tameng, dan sebagainya yang lazim digunakan oleh pasukan kerajaan dimasa lalu. Diduga para penjaga perlengkapan perang itu mempunyai tugas ganda dari Keraton Cirebon. Yaitu, mengembangkan syiar Islam yang dilakukan secara door to door atau membuka pondok pesantren di Gedongan.
Sementara itu pada bagian lain KI Jaka Pinayungan melihat dengan kemampuan spiritualnya, beberapa puluh meter dibawah kaki bukit masih tampak timbunan sejumlah harta karun, logam mulia dan benda-benda pusaka.
“Saya lihat di ujung dana terbenam lempengan emas murni, disamping sejumlah barang-barang mustika dan pusaka,” ujar Ki Jaka Pinayungan sambil menunjuk -kan sebuah titik dibawah bukit.
Harta karun dan benda-benda pusaka tersebut terkubur didalam tanah puluhan meter dan menjulang ke permukaan menyerupai sebuah gunung. Dalam knoteks itulah tidak heran bila kemudian masyarakat disana menyebut tempat yang ditunjukan oleh Ki Jaka tadi dengan nama Gunung Emas!
“Bisakah emas dan harta karun itu kita ambil?” tanya Misteri kepada Ki Jaka dan Pak Marina.
Menurut wangsit yang pernah diterima oleh Pak Marina, emas dan harta karun di tempat tersebut pada suatu saat akan muncul kepermukaan dan bisa dinikmati oleh masyarakat luas untuk membiayai kebutuhan hidup sehari-hari. Lempengan emas murni yang ada disana bisa membuat masyarakat setempat berubah lebih sejahtera, lepas dari lilitan hutang maupun masalah ekonomi lainnya.
:Tetapi jangan salah. Kapan harta karun itu akan keluar dari persembunyiannya, tidak ada seorang pun yang tahu,” ujar Pak Marina.
Ia meyakini gunungan pusaka harta karun maupun benda-benda pusaka dijaga ketat oelh sejumlah danyang atau lelembut.
Salah satu penunggu gaib harta karun dan benda pusaka ada seekor ular raksasa yang gambarannya mirip naga dalam dongeng.Cina. Dan Ki Jaka menolak halus ketika diminta untuk ‘menarik’ barang sebuah pusaka dari sana seperti yang kerap ditunjukkan oleh sejumlah paranormal di televisi.
“Tujuan kita datang ke sini bukan untuk menarik benda pusak, bukan?” kata Ki Jaka seraya menambahkan ada satu etika yang harus diperhatikan oleh peziarah.
Etika tersebut adalah sebelum naik ke atas bukit Gedingan sebaiknya peziarah melakukan ziarah ke makam Mbah Buyut Beri yang ada dibawah bukit. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah peziarah dilarang keras melakukan ritual persugihan dimakam tua yang terletak diatas buki Gedongan maupun di makam Mbah Buyut Beri. Konon peziarah yang berani melanggar rtika akan kena ‘tulah’ atau kutukan.
Seperti diungkapkan oleh Pak Marina, dulu ketika marak praktik perjudian erek-erek --- semacam perjudian toto gelap --- banyak orang yang bermalam di sekitar area makam untuk minta nomor jitu. Mereka rela menginap disana melawan dinginnya malam, hujan dan kerubutan nyamuk demi mengejar impian menjadi orang kaya secara instan
Tetapi kejadian apa yang menimpa mereka? Mereka bukannya menerima bocoran nomor jitu, tetapi justru dibuat lari tunggang langgang karena didatengi oleh Ki Bawuk. Ki Bawuk adalah sesosok macan siluman yang disebut-sebut merupakan penjaga gaib makam. Perihal keberadaan macan-macan yang tidak kasat mata itu rupanya tidak dipungkiri oleh salah seorang anggota padepokan milik Ki Jaka. Ia melihat dengan mata batinnya disekitar area makam-makam tua itu berkeliaran tidak kurang 15 ekor macan putih.
“Mereka duduk-duduk disekitar makam dan dibawah pohon besar itu,” kata anak buah Ki Jaka yang enggan disebutkan namanya. Ukuran tubuh harimau gaib itu lebih besar dari pada harimau di alam nyata.
Namun sebaliknya bila peziarah melakukan riyadoh ke makam diatas bukit atau makam Mbah Buyut Beri untuk mencari pencerahan diri niscaya akan cepat terkabul. Demikian pula bagi mereka yang ingin lepas dari kemelut kehidupan bisa melakukan ‘tirakat’ disana dan hal itu dilakukan tanpa harus menginap bermalam-malam.
“Kalau untuk tujuan yang positif silakan para peziarah datang kesini, insya Allag, Mbah Buyut Beri akan membantu mengabulkan hajat si peziarah. Sesuai dengan nama beliau yakni Mbah Buyut Beri, pasti akan selalu memberi,: ujar Pak Marina mengakhiri wawancara denga Misteri.
Pelet Bulu Perindu
Pelet Dari Jarak Jauh Nan Ampuh
Gebetan Anda Kembali Rindu Lagi, Tanpa ritual
Klik di sini
Pesan WhatsApp: 62895-35644-0040 Bersponsor
Pelet Dari Jarak Jauh Nan Ampuh
Gebetan Anda Kembali Rindu Lagi, Tanpa ritual
Klik di sini
Pesan WhatsApp: 62895-35644-0040 Bersponsor
>