MENGHIDUPKAN MAYAT DENGAN POTONGAN LIDAH SAPI
Oleh : Mawan Suganda
Dikisahkan, suatu waktu di kalangan Bani Israel ada seorang yang sudah sangat tua umurnya. Nalurinya telah dapat merasakan sendiri, bahwa dalam waktu yang tidak lama lagi, dirinya akan meninggalkan dunia yang fana ini.
Dia adalaha seorang tua saleh, tidak menghiraukan kekayaan dunia, sehingga kehidupannya boleh dikatakan sederhana sekali. Harta yang dimilikinya pun tak lain hanyalah seorang anak yang masih muda sekali dan seekor sapi.
Setelah terasa olehnya, bahwa ajalnya sudah dekat, lalu anaknya itu di panggilnya, kemudian menyampaikan wasiat, “Anakku, aku akan pergi meninggalkan engkau untuk selama-lamanya, dan engkau akan tinggal sendirian menjadi yatim piatu, karena ibumu sudah meninggalkan lebih dahulu. Tidak ada pula peninggalanku untukmu, kecuali seekor sapi. Peliharalah hewan itu sampai besar. Aku berdoa kepada Tuhan, agar hidupmu mendapatkan perlindungannya.”
Beberapa saat setelah berwasiat kepada anak yang sangat disayanginya, orang uta itu kemudian meninggal dunia dengan tenang. Maka kini tinggallah si anak seorang diri dengan hanya ditemani seekor sapi itu, sebagai harta warisan dari ayahnya. Sesuai dengan pesan almarhum, binatang tersebut dijaganya baik-baik, dan setiap saat senantiasa memohon pertolongan serta perlindungan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Aku akan merawat sapi ini sebaik-baiknya sesuai pesan ayah. Aku tidak akan menjualnya,” kata anak itu dengan penuh kepatuhan.
Sementara itu, tidak jauh dari tempat tinggal si anak yatim ini, juga masih kalangan Bani Israel, terdapat pula orang lain. Namun berbeda dengan yang sudah meninggal, yang satu ini sangat kaya raya. Dia memiliki harta benda banyak sekali, ada tolok bandingnya dalam masyarakat kala itu.
Orang tua ini pun mempunyai seorang anak pula. Kepadanya semua harta benda itu diserahkan, kelak apabila sang bapak sudah meninggal dunia.
Selain anak, dia juga memiliki beberapa orang keponakan serta famili, yang kesemuanya menginginkan harta yang akan ditinggalkannya. Tetapi menurut aturan yang berlaku ketika itu, selama ada anak, maka orang lain meskipun famili, tidak berhak mendapatkan bagian dari harta warisan.
Akhirnya timbullah nafsu dan pikiran jahat dalam hati saudara-saudarany, untuk mendapatkan harta sebanyak itu. Mereka merencanakan hendak membunuh anak yang berhak, kemudian berlepas diri tentang pembunuhan ini. Akan diupayakan seolah-olah si anak orang tua kaya tersebut mati dianiaya oleh orang lain, dan untuk memperkuat sandiwara itu, mereka akan mengadu sekaligus menuntuk kepada Nabi Musa Alaihissalam untuk mencari serta menghukum si pembunuhnya. Akal busuk ini segera dijalankan nya dengan teratur sekali, sehingga tak seorang pun yang mengetahui kejahatan mereka.
Setelah maksud jahatnya terlaksana, keesokan harinya dengan berpura-pura bersedih hati dan dalam keadaan berkabung atas meninggalnya anak pamannya yang tercinta itu, sesuai rencana, mereka bersama-sama datang ke tempat Nab Musa Alaihissalam untuk mengadu. Tak lupa mereka pun menuntut, agar pembunuhnya segera ditangkap dan dibalas dengan hukuman yang seberat-beratnya.
“Apa yang kalian inginkan?” tanya Nabi Musa Alaihissalam.
“Kami ingin pelakunya segera ditangkap dan dihukum mati, “jawab mereka.
Nabi Musa Alaihissalam beusaha keras menyelidiki kasus yang sangat gelap ini. Namun tetap tidak ditemukan titik terang. Tetapi tak diketahui siapa sebenarnya yang telah menjadi pembunuhnya.
Akhirnya Nabi Musa Alaihissalam berdoa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, memohon petunjuk untuk memecahkan perkara yang sangat pelik ini. Allah Yang Maha Adil lalu memerintahkan kepada Musa Alaihissalam, agar mereka yang datang mengadu itu, disuruh menyembelih seekor sapi. Kemudian dengan lidah dari sapi yang disembelih itu, Musa Alaihissalam diperintahkan untuk memukul tubuh korban. Dengan cara ini, orang yang sudah meninggal tersebut akan hidup kembali dan menceritakan sendiri siapa yang telah membunuhnya.
PEtunjuk dari Allh Subhanahu wa Ta’ala untuk menyingkap tabir pembunuhan yang penuh misteri, segeradilaksanakan oleh Nabi Musa Alaihissalam. Sungguh ganjil sekali apa yang diperintahkan Nabi Musa Alaihissalam itu menurut pandangan mereka. Sebabm pikirnya, menyembelih seekor sapi tidak ada hubungannya sama sekali dengan tuntutannya.
Salah seorang diantara mereka lalu bertanya kepada Nabi Musa Alaihissalam,
“Apakah engkau hendak mempermainkan, kami ?”
Nabi Musa Alaihissalam menjawab dengan tegas, “ Aku berlindung diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dari menjadi orang yang bodoh.”
Entah kenapa masih belm percaya, entah karena ingkar terhadap perintah ini, salah seorang dari mereka bertanya lagi,
“Tanyalah kepada Tuhanmu, sapi yang bagaimana yang dimaksudkan Tuhan itu?”
Nabi Musa Alaihissalam kembali berdoa dan bertanya kepada Tuhan, tentang sapi bagaimana yang dimaksudkan Tuhan dalam perintahNya. Setelah Tuhan menerangkan keadaan sapi yang dimaksudkan, lalu Nabi Musa Alaihissalam berkata,
“Tuhan mengatakan, sapi yang tidak tua dan tidak pula muda, yaitu pertengahan antara tua dan muda. Kerjakanlah apa yang diperintahkan Tuhan!”
Kembali mereka memnta agar Nabi Musa Alaihissalam berdoa dan bertanya lagi kepada Tuhan, tentang bagaimana warna sapi yang dimaksudkan.
“Berilah kami kejelasan, apakah warna sapi itu?” tanya mereka.
Setelah Nabi Musa Alaihissalam mengabulkan permintaan mereka, terus menerangkan, “Tuhan mengatakan bahwa sapi yang berwarna kuning cemerlang dan dapat menggembirakan orang yang melhatnya.”
Dengan jawaban ini, mereka masih bertanya lagi dengan menyatakan, bahwa masih ragu-ragu. Mereka meminta supaya NAbi Musa Alaihissalam berdoa dan bertanya kepada Tuhan sekali lagi, mengenai ciri lain dari sapi yang dimaksudkan.
Setelah berdoa dan bertanya lagi kepada Tuhan, segera NAbi Musa Alaihissalam berkata,” Yaitu sapi yang tidak jinak untuk dipergunakan membajak sawah dan pengangkut air, dan harus yang bersih, tidak ada belang warnyanya sedikit juga.”
Seandainya tadi perintah Nabi Musa Alaihissalam segera dilaksanakan, langsung mencari sembarang sapi lalu disembelih, mereka tak akan menemui keulitan dalam mencari binatang tersebut. Namun karena banyak mulut atau pertanyaan maka akhirnya Allah Subhanahu wa Ta’ala membebani orang-orang itu dengan beragam kesulitan. Jelasnya, mereka diharuskan mencari spi yang banyak sekali syaratnya.
Beberapa hari lamanya mereka berjalan ke mana-mana untuk mencari sapi sebagaimana yang diterangkan itu, tetapi tidak didPti. Sulit sekali mencari sapi yang berwarna berwarna kuning serta cemerlang, apabila harus bersih tak ada belang nya sama sekali, ditambahpula mesti yang tidak jinak. Sedangkan pada umumnya, sapi sudah biasa dipergunakan orang untuk membajak atau mengangkat air.
Sesudah bersusah payah mencarinya, akhirnya dijumpai juga seekor sapi yang memenuhi syarat-syarat itu, yaitu seekor sapi pusaka yang diwariskan oleh orang tua salih kepada anaknya yang masih kecil serta yatim piatu, sebagaimana diterangkan di awal tulisan ini.
“Juallah sapimu itu, nak. Kami akan membayar mahal,” kata mereka.
“Tidak. Aku tidak akan menjual sapi ini. Aku tidak ingin melanggar pesan Ayahku,” jawab anak itu. Karena mereka hewan pusaka dan pemeliharaannya pun dilakukan secara luar biasa, anak itu tak bersedia menjualnya. Apalagi setelah mengetahui bahwa sapi ini hendak dibeli untuk disembelih, ia semakin kuat memertahankannya.
“Kami harus membeli sapi itu, KArena ini perintah Tuhan kepada Nabi Musa Alaihissalam. Sapi itu dangat dibutuhkan untuk mengungkap kasus pembunuhan,” kata mereka dengan sangat yakin bahwa kejahatannya tidak akan terbongkar.
Anak itu mulai berpikir serius. Sebab anak itu juga mengetahui bahwa sapi itu memang dibutuhkan oleh NAbi Musa Alaihissalam untuk mencari pelaku pembunuhann yang sedang ramai diperbincangkan karena belum tertangkapnya para pelaku.
Tetapi karena ini adalah perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka akhirnya si anak itu rela juga menjualnya. Ia menjual dengan harga setinggi-tingginya, karena memang hanya sapi yang seekor itulah kekayaannya diatas dunia ini.
“Aku harus menjual sapi ini dengan harga yang mahal. Agar aku bisa membeli sapi lebih banyak lagi untuk ku pelihara. Mungkin itulah maksud yang dipesankan ayakku agar aku merawat sapi ini dengan sabik-baiknya,” kata anak itu kepada dirinya sendiri.
Anak itu pun memberikan sapi miliknya kepada orang-orang itu, setelah menerima sejumlah besar pembayaran, anak itu pun pergi. Sementara orang-orang itu segera menemui Nabi Musa Alaihissalam sambil membawa sapi istimewa tersebut.
Nabi Musa Alaihissalam memerintahkan orang-orang itu untuk menyembelih sapi tersebut. Setelah disembelih, lidahnya segera diambil oleh Nabi Musa Alaihissalam, lalu dibawa menuju ke tempat orang yang mati terbunuh, yang sudah lama dikuburkan.
“Bongkar kuburan ini, “perintah Nabi Musa Alaihissalam kepada orang-orang itu. Mereka mengikuti perintah itu, kuburannya lalu dibongkar dan mayatnya dikeluarkan. Selanjutnya Nabi Musa Alaihissalam memukul lidah sapi itu ke tubuh mayat. Apa yang terjadi?
Dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala mayat itu hidup kembali. MAka ditanyakanlah kepadanya, siapa yang telah membunuhnya.
“Ceritakan lah secara jelas apa sesungguhnya yang terjadi pada dirimu wahai hamba Allah,” kata Nabi Musa Alaihissalam kepada mayat yang hidup kembali itu.
Mayat hidup itu kemudian menjawab, bahwa yang membunuhnya tak lain adalah merekaa yang datang mengadu kepada NAbi Musa Alaihissalam itu.
“Mereka lah yang membunuhku karena ingin menguasai hartaku, “kata mayat hidup itu.
Dengan kejadian ini, maka sekarang terbukalah kedok orang-orang jahat yang hendak menipu Allah Subhanahu wa Ta’ala dan rasulNya itu.
Pelet Bulu Perindu
Pelet Dari Jarak Jauh Nan Ampuh
Gebetan Anda Kembali Rindu Lagi, Tanpa ritual
Klik di sini
Pesan WhatsApp: 62895-35644-0040 Bersponsor
Pelet Dari Jarak Jauh Nan Ampuh
Gebetan Anda Kembali Rindu Lagi, Tanpa ritual
Klik di sini
Pesan WhatsApp: 62895-35644-0040 Bersponsor
>