MOBIL HANTU
Oleh ; Ganda Pekasih
Mobil hantu yang suka diceritakan orang-oerang di Nagelsari waktu aku SMP, adalah mobil minibus tiga perempat yang pernah kecelakaan. PAda kecelakaan itu semua penumpang minibus tewas, Jika ada yang sampai tak sengaja naik mobil itu, lalu minta turun sebelum tiba pada tempat dimana minibus itu mengalami kecelakaan, dia bisa ketiban keberuntungan, keberuntungan seperti apa aku ngak pernah tau dengan jelas
Tiba-tiba saja seorang cowok yang muncul dari arah belakang sudah berdiri di samping tempat dudukku.
“Kosong?” tanyanya sambil memperhatikan tempat duduk disebelah ku.
“Ya, kosong, “ anggukku.
Sambil tersenyum dia kemudian menaruh tas ransel diatas bagasi tempat aku juga menaruh tas dan ranselku yang gemuk dipenuhi berbagai oleh-oleh itu.
“Sendirian?” tanya nya ramah setelah duduk nyaris rapat disampingku.
Aku kembali menjawab pendek seraya tersenyum, dan jantungku berdebar melihat wajahnya yang ternyata cukup tampan setelah makin jelas wajahnya masuk dalam lingkaran bola motaku. Lalu pertanyaan demi pertanyaan meluncur deras dari bibrnya diselingi canda-canda sehingga kami layaknya seperti dua orang yang sudah lama saling kenal, terkesan dia naksir padaku, tapi beberapa saat kemudian dia tampak lelah dan berusaha menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi.
Dia tak memperkenalkan siapa dirinya, namanya, tempat tinggalnya, dan dia juga tidak menanyakan nama dan alamatku tadi. Ah, tapi kenapa mesti tergesa-gesa, pikirku. Perjalanan bus ini hampir dua kam untuk sampai ke tempat tujuan, mungkin saja nanti dia bertanya lagi dan aku bis berkenalan dengannya. Waktu terus berjalan, entah kenapa hingga nyaris sampai di tempat tujuan dia ternyata tak bertanya ini itu lagi, untungnya untuk menuju rumahku ternyata kami masih satu mobil kembali. Hm, barangkali dia menunggu waktu yang tepat karena hal itu sedikit pribadi dan mungkin saja dia sudah tahu kemana arah tujuanku jadi dia santai saja tak mau terburu-buru.
Malam sudah pukul sebelas, terminal sudah sedemikian sunyi. Mobil yang kami tumpangi adalah minibus tiga perempat, satu setengah jam perjalanan akan sampai kerumahku di Nagelsari. Dia tersenyum dan ingin membawakan tas ranselku, tapi kutolak dengan halus. Lalu dia duduk mengambil tempat paling belakang. Sementara aku ditengah sendirian dekat pintu. Kenapa antusiasnya menghilang, pikirku kecewa. Siapa dia? Aku jadi penasaran ingin mengenalnya, paling tidak tahu namanya. Kelihatan dari penampilannya disama seperti kakak-kakak mahasiswa tingkat akhir dikampusku di Jatinangor sana. Ah sayangnya jika tak saling kenalan karena mungkin saja kami sekampus dan sekampung pula.
Mobil mulai berlari kencang, cuma ada tujuh orang penumpang, empat laki-laki termasuk cowok itu, dua wanita tua dan aku sendiri. Lelahku sejak dari stasiun Bandung selepas berangkat pagi tadi rasanya nyaris sampai keubun0ubun begitu tiba di Stasiun Gubeng Surabaya beberapa jam yang lalu, apalagi aku naik kereta yang kelas bisnis. Dari Stasiun aku naik angkot dulu ke terminal Bungurasih kemudian nak bus AKAP ke jember, dari Jember kembali lanjut dengan minibus ini ke Negelsari. Tapi sejak kehadirannya disampingku di Bungurasih tadi membuat darah segarku kembali terpompa, jantungku pun malah acapkali berdebar-debar menunggu apakah aku dan dia akan saling menyebutkan namadan bertukar nomor telepon.
Tapi rasanya tidak, hanya jalan sunyi terhampar, perkampungan penduduk, persawahan, pabrik-pabrik yang juga sunyi. Tak banyak penumpang naik-turun, Semua penumpang tujuh orang temasuk aku dan cowok itu terhenyak dalam keletihan dan pikiran masing-masing.
Dan .. Sebentar lagi aku sampai, yah...
Deg! Kontan jantungku berdebar disapa tiba-tiba oleh coeok itu, tak kuduga, aku pun mencoba menoleh dengan sedikit memiringkan wajahku dan berusaha tersenyum manis.
Kami pun saling bertukar senyum.
“Turun dimana?” tanyanya kemudian.
“Bentar lagi, Negelsari, kamu?” tanyaku balik.
“Oh syukurlah...”balsnya tanpa menjawab pertanyaanku.
“Lho... Kok malah bersyukur, pikirku.
Ditanya jawabnya kok ngga nyambung. Ataukah dis sedang bercanda? Atau kalau gitu buru-buru dong meminta nomer handphone. Uhh... Aku jadi kecewa.
Lalu aku mencoba tak berharap. Tiba-tiba aku disergap keanehan, menurutku biasanya jam sebelas begini arah Negelsari satu dua penumpang masih ada yang naik, tapi kok sepi banget malam ini, padahal ini kan malam Minggu, biasanya juga suka ada pertunjukan music dangdut di Nagelsari. Dan anehnya lagi mobil ini kok halannya begitu kencang dari tadi. Sering aku naik mobil ini jika pulang malam ke Negelsari tak sekencang ini, apa yang sedang mereka kejar, sementara mobil cukup kosong, tentu sang supir memerlukan penumpang lainnya agar setoran terpenuhi. Apa jangan-jangan semua penumpang lelaki termasuk cowok itu sudah berkomplot denga supir untuk merampok penumpang lainnya disuatu tempat?
Beberapa menit kemudian mobil mulai memasuki Glagah sebelum Nagelsari, kalau ingat Glagah tentu aku ingat akan Nenek dimana aku sering menginap dirumah beliau ketika SD dulu, tapi setahun yang lalu beliau meningga dunia karena paru-paru kronis.
Tak lama kemudian tiba-tiba mobil berhenti, dari sorot lampu mobil tampaknya ada seseorang yang hendak naik, kelihatannya seorang perempuan tua di bawah sebuah pohon rindang sedang berdiri menunggu. Mobil berhenti tepat didekat perempuan tiu, tampau sudah sangat tua, tertatih-tatih naik. Dan aku sungguh terkejut ketika melihat penampilan dan wajahnya mirip dengannenekku, dan aku tidak salah lagi kalau kukatakan dia sangat persis dengan nenekku itu.
Ya, Tuhan, tapi kenapa aku jadi takut sekali, bulu romaku merinding semua, aku bergidik. Perempuan itu menatapku pula, dan aku terkejut, wajahnya kelihatan memang persis dengan wajah nenekku yang sudah meninggal dunia setahun yang lalu itu. Wajah nenek-nenek mungkin banyak kesamaan, tua, keriput dan penuh uban, tapi sorot mata tua nenekku yang teduh, mata tua nenek yang ini menakutkan dan terasa menghujam saat memandangku.
Hiyy, aku jadi gugup dan bergegas ke samping, mata nenek itu anehnya lagi keperhatikan dengan ekor mataku sepertinya tidak berkedip-kedip, lurus kedepan setelah sempat dia menatap ke arahku tadi, dan aku ta berharap dia kembali memandang ke arahku.
Pikirku jadi ngawur, jangan-jangan ini mobil hantu yang suka diceritakan orang-orang di Nagelsari dulu, waktu aku SMP, bahwa ada mobil minibus tiga perempat yang pernah kecelakaan antara Glagah dam Nagelsari yang bertabrakan denga truk bermuatan semen. Pada kecelakaan itu semua penumpang minibus tewas.
Malah cerita berkembang dari mulut kemulut yang pernah aku denga dulu, jika ada yang sampai tak sengaja naik mobil itu, lalu meminta turun sebelum tiba pada tempat dimana minibus itu mengalami kecelakaan, dia bisa ketiban keberuntungan, keberuntungan seperti apa aku nggak pernah tau dengan jelas. Tapi jika tak sengaja terus naik minibus itu, dari terminal akan terus mereka bawa, untuk beberapa lama orang itu akan hilang secara gaib tak tahu rimbanya, saat muncul kembali, kondisinya sudah mengalami perubahan, yakni gila.
Hiyy... Mengingat cerita-cerita seram itu aku bergidik ngeri dan panik. Kalau benar ini adalah mobil hantu itu, aku harus segera turun sebelum mereka membawa ku entah kemana, lalu kemudian aku jadi gila, oh my God, jangan sampai deh, jangan sampai. Selamatkan aku ya Tuhan, selamatkan aku!
Dan tiba-tiba Nenek disampingku menoleh, mungkin dia resah akan kegusaranku, sorot matanya menakutkan. Aku disergab bayangan kengerian, bayangan kematian, jasad-jasad penuh luka berseliweran dimataku, maka sedetik kemudian dengan spontan aku lalu meraih tas dan ranselku.
Stoooop, tolooooooong!! Turun, saya mau turuuun! Saya mau turunn!” aku berteriak sejadi-jadinya.
Anehnya semua penumpang masih tampak sibuk dengan pikirannya masing-masing kecuali si nenek itu, mereka seperti tak mendengar teriakanku. Dan baru kusadari kalau mereka sama seperti yang pertama kali kulihat sebelum aku berangkat di terminal tadi, mereka diam saja, kaku dengan sorot mata hampa, tapi anehnya si cowok itu kok bisa bicara denganku dan tersenyum. Apakah dia salah satu penumpang yang pernah ikut melewati tempat mobil ini kecelakaan?
Ya Tuhan, mereka ini pastinya orang-orang yang sudah mati, termasuk si Nenek seram yang baru naik itu. Dan dimana pula cowok tampan itu sekarang?
Hiii, ternyata dia sudah berada dekat di belakangku. Ya Tuhan, benarkah dia cowok yang sudah mati? Mati ikut kecelakaan mobil itu? Atau gila?
“Sabar, sabr, sebentar lagi sampai Negelsari kok, eh dari tadi kita ngomong-ngomong belum sempat kenalan, namanya siapa ya?”
Walah, udah terlambat! Baru sekarang nanya nama, tapi syukur deh nggak dari tadi. Akupun mengacuhkannya dan tidak berani melihat kebelakang.
“Tolooong, turunkan saya! Toloooonggg!” aku kembali berteriak ketakutan.
Tiba-tiba mobil melambat, syukurlah. Kulihat sidupir menatap lurus saja dan tidak pernah menoleh ke belakang. Semua mata tiba-tiba tampak memandang ke arahku, mata yang bersinar aneh dari wajah yang pucat. Dan aku tak ingin melihat wajah cowok tampan dibelakangku itu walau dia meminta apapun, siapa tahu jika aku melihat kebelakang wajahnya sudah berubah menjadi wajah yang remuk berdarah-darah seperti orang yang habis kecelakaan.
Minibus tampaknya akan benar-benar segera berhenti
“Sampai ketemu lagi ya...” dia melambaikan tangannya.
Bulu kudukku semakin nggak karuan, tak sedikit pun ada keinginan untuk menoleh ke arahnya apalagi melambaikan tangan.
Begitu minibus makin melambat aku segera melompat turun padahal dia belum sepenuhnya berhenti sehingga aku nyaris terjerembab jatuh, lalu aku lari ketakutan.
Sambil berlari membelakangi arah jalan mobil itu, dengan memberanikan diri aku mencoba menoleh, mobil itu tampak normal melanjtkan perjalanannya kembali seperti mobil-mobil minibus yang biasa terlihat malam hari antara Glagah dan Nagelsari, hanya saja mobil yang ini cepat sekali larinya.
Ternyata aku turun didaerah yang hampir sedikit lagi sampai di Nagelsari, dan berjumpa kedai kopi yang masih buka.
“Pak, tolong pak, saya naik mobil yang sering dibilang orang-orang itu mobil setan pak,” Aku tak dapat menahan diri.
Beberapa orang dikedai kopi terperanjat melihatku. Dan aku hanya bisa memeluki ranselku, tasku, aku sunggu tak percaya ini terjadi. Pemilik warung buru-buru memberiku segelas air putih dan bertanya ini itu.
Benarkah cerita orang-orang itu kalau ada mobil hantu yang suka lewat antara Glagah dan Negelsari, cirinya mereka tidak meminta ongkos, para penumpangnya berwajah pucat dengan mata yang kosong menatap lurus ke depan. Bagaimana dengan nasip nenek misterius itu, dimana dia turun atau dia terus ikut dibawa mobil itu? Atau dia memang setan beneran yang suka menumpang mobil itu ke tempat tujuannya? Hiiii..
Ituka dia mobil hantu yang diceritakan orang-orang? Pertanyaan itu terus mengganggu pikiranku. Rasanya antara percaya dan tidak aku menerimanya karena hingga detik ini aku taj kurang suatu apapun juga saat tiba dirumahku di Nagelsari diantar ojek motor, entahlah kalau tadi aku tidak segera minta turun, sampai ke mana aku akan ikut bersama mereka. Lalu aku jadi gila setelah bebrapa waktu raib menghilang? Benrakah? Kemana mereka mambawaku? Hii! Sungguh pertanyaan yang tak bisa ku jawab.
Yang pasti, jika terpaksa tak sengaja harus naik mobil itu lagi suatu hari nanti, walau akan berjumpa lagi dengan si cowok tampan itu, sungguh mati aku berharap untuk yang keduakalinya. Hiii tidak ! Tidak!
Yang jadi pikiranku kemudian, malam sekali nasib cowok tampan yang telah mancuri hatiku itu, yang lain sih aku masa bodo, apalagi nenek seram itu, kasihan dia, malang benar nasibnya, dia masih muda, barang kali mungkin karena masih muda dia dapat dispensasi, diberi kelebihan jadi bisa bicara dan tersenyum kepada lawan jenisnya, hihihihi...., mungkin saja, namanya juga hantu.
Dan yang jadi masalah sekarang, sampai kapan pula dia membawa hatiku pergi? Dan entah siapa pula namanya, sedikit walau lagi saja kami bisa berkenalan di mobil itu, tapi sedikit waktu lagi juga aku akan bisa mereka bawa entah kemana
Pelet Bulu Perindu
Pelet Dari Jarak Jauh Nan Ampuh
Gebetan Anda Kembali Rindu Lagi, Tanpa ritual
Klik di sini
Pesan WhatsApp: 62895-35644-0040 Bersponsor
Pelet Dari Jarak Jauh Nan Ampuh
Gebetan Anda Kembali Rindu Lagi, Tanpa ritual
Klik di sini
Pesan WhatsApp: 62895-35644-0040 Bersponsor
>