Diperkosa Hantu Penunggu Pohon Mangga

DIPERKOSA HANTU
PENUNGGU POHON MANGGA

Oleh : Suripno Romero

Aku lihat sosok wanita muncul dari dalam kemar belakang. Dari mana dia masuk? Aku semakin terkejut ketika mengenali sosok itu. Ya, dia mirip dengan istriku yang sudah meninggal beberapa waktu lalu

Sebuah pekarangan yang terletak disisi timur tikungan jalan raya di kampung Kombo, Desa Jatimulya, Kec. Terisi, Indramayu. Dari dulu terkenal dengan kemistikannya. Di tikungan itu nyaris setiap bulan ada saja kendaraan motor yang mengalami kecelakaan. Meski tak sampai merenggut korban nyawa, namun para pengendara di harap hati-hati karena posisi tikungan yang menukik dari utara ke barat sehingga laju kendaraan yang terlalu cepat bisa kebablasan terjun ke pekarangan atau menabrak besi pembatas jalan.

    Kebanyakan sebelum terjadi kecelakaan, si pengendara roda dua itu melihat hal-hal yang tidak lazim, seperti melihat kakek-kakek, seorang bocah atau seekor kerbau yang melintas secara tiba-tiba. Padahal sebenarnya tidak ada. Apalagi dengan binatang kerbau, masyarakat disitu tidak ada satupun yang memelihara kerbau, selain itu area tersebut bukan tempat menggembalakan kerbau atau pun kambing.
    “Kadang-kadang terjadi kecelakaan di tikungan itu hampir tiap Minggu. Yang mengalami kecelakaan semuanya orang jauh. Mereka mengira jalanan terlihat lurus dari arah utara sehingga tidak melihat ada tikungan tajam, “ungkap pria yang membuka warung sampai larut malam didekat lokasi itu.

    “Sejauh ini belum ada korban yang meninggal. Dan ada juga wanita yang sempat pingsan usai kecelakaan. Untunglah orang-orang segera menolong. Yang parah adalah kendaraan yang mereka naiki karena menabrak pembatas jalan atau bertabrakan dengan kendaraan lain dari sisi kanan,” ceritanya.
    Meski disisi kanan kiri pekarangan sudah banyak rumah penduduk, namun nuansa mistiknya masih ada. Masyarakat masih percaya bila ada kecelakaan disinyalir terdapat intervensi makhluk halus yang telah lama bercokol, tepatnya di sekitar pohon mangga tua yang telah berusia ratusan tahun. Areal pekarangan tersebut lokasinya tak jauh di sisi sunggai Cipanas.

    Berbagai penampakan kerap terlihat warga, mulai dari pocong, anak kecil, sampai perempuan bergaun putih yang terlihat uncang-uncang (berayun) diatas pohon mangga tua.
    Sebagaimana yang diungkapkan Pak Ja’ud, 40 Tahun, warga setempat yang rumahnya tak jauh dari tikungan dan pekarangan yang angker itu. Laki-laki itu membenarkan bahwa titik keangkerannya adalah pohon mangga yang berada di pekarangan sebelah timur tikungan. Karena keangkerannya, warga setempat tak ada yang berani kencing atau buang air besar disekitar pohon tua tersebut. Bagaimana bila dilanggar?
    Pengalaman menakutkan dialami Bidin, 35 Tahun, warga desa Jatimulya, Indramayu. Gara-gara buang air besar sembarangan dibawah pohon mangga yang angker itu, pria yang kini berprofesi sebagai pedagang burger itu, suatu ketika mengalami kejadian mistis yang masih membekas hingga saat ini. Kejadiannya beberapa tahun lalu, sekitar pertengahan 2007 silam. Berikut penuturan pengalamannya yang ia ceritakan kepada penulis.

Sejak menikah, kehidupan perekonomian kami terbilang pas-pasan. Rumah saja masih menumpang pada keluarga istriku didesa sebelah. Aku yang waktu itu bekerja sebagai buruh pabrik keramik di Kecamatan Losarang , Indramayu.
Gaji yang kuterima sejak masih 30 ribu sampai 50 ribu perhari yang terbilang kotor, cukup kewalahan juga kujalani. Tak heran bila kami kerap menghutang saat ada kebutuhan yang mendesak. Percekcokan sering terjadi yang dipicu masalah ekonomi. Namun aku bersabar mempertahankan keutuhan rumah tangga kami.
Hingga suatu ketika, di pertengahan tahun 2007, istriku bermaksud bekerja sebagai TKI, tepatnya di negara Taiwan. Berat rasanya untuk melepas kepergiannya, apalagi mengingat anakku yang masih kecil.

Sebenarnya aku tetap tak rela dengan kehilangan istriku, meski untuk waktu sementara. Pada dasarnya, bila dikaitkan dengan kebutuhan biologis, tak ada lelaki yang kuat ditinggal istrinya selama tahunan. Namun, mau tak mau aku pun harus ikhlas melepaskan kepergiannya.
Waktu terus berjalan. Tanpa terasa sudah enam bulan aku ditinggal istriku. Saat dirumah aku sering merasa kesepian. Terkadang, aku mengajak anakku jalan-jalan sekedar mencari hiburan. Namun rasanya tidak sempurna tanpa seorang istri disisiku.

Saat kerinduan pada istriku mulai menjalar, terasa aku sangat tersiksa. Makan tak enak, tidur pun tak tenang. Bila dibilang aku seperti anak ayam kehilangan induknya. Bahkan yang sangat menyiksa batinku, saat aku ingin sekali bercinta.
Suatu hari, aku mengunjungi kampungku. Aku mendatangi rumahku yang lama tak kutempati. Aku bermaksud menempati rumah baruku untuk beberapa hari karena ada kerabat istriku yang menginap dirumah istriku.
Waktu itu, hari Rabu sekitar pukul 09 WIB. Perutku tiba-tiba mulas ingin secepatnya buang air besar. Saat aku hendak ke kamar kecil, aku teringat bahwa aku belum memiliki WC dirumah baru itu. Tanpa pikir panjang aku mendatangi sebuah pekarangan yang berjarak 20 meter dari rumahku. Disitu terdapat pohon mangga besar dan pohon–pohon kecil disekitarnya. Lokasi pekarangan itu tak jauh dari sungai Cipanas disebelah timur.
Setelah kulihat tak ada orang disana, aku segera mencari tempat yang aman. Tempat yang kupilih buat buang hajat di sisi timur pohon mangga besar, tak jauh dari sungai. Usai menunaikan hajat, aku kembali kerumah. Itu kebetulan aku mendapat shift sore dari pukul 15 sampai pukul 23 malam. Sambil menunggu pukul 12 siang, sejak pukul 9.30 aku tiduran didepan ruang tamu.
Sekitar pukul 11 siang, aku terjaga karena mendengar ada seseorang yang bicara dari luar, lebih tepatnya mengomel. Aku memang belum sepenuhnya tersadar, jadi antara sadar dan tak sadar. Namun aku begitu jelas mendengar  suara perempuan.
“Dasar laki-laki! Buang air besar sembarangan didepan pintu rumahku!” Aku yang masih mengantuk tak begitu menghiraukan suara itu. Aku pikir itu suara Ibu Wakem, tetanggaku yang orangnya terkenal bawel dan lantang kalau bicara. Entah siapa laki-laki yang dimaksud, aku tak peduli karena aku masih mengantuk.
Esoknya, hari Kamis kembali aku kebelet ingin buang hajat. Lagi-lagi aku memilih tempat yang sama seperti hari kemarin. Bahkan bekas buang hajatku kemarin masih ada.
Singkat cerita, seperti biasa pukul 14 aku pergi ke pabrik. Namun, belum usai pekerjaanku, tiba-tiba mataku agak sakit ditambah sedikit pusing kepalanya. Hal ini menyebabkan konsentrasi kerjaku terganggu. Dan bila dipaksakan, aku khawatir akan membahayakan pekerjaanku.

Akhirnya, hari itu kerja pulang setengah hati dengan alasan tak enak badan. Untung saja pengawas pabrik memakluminya. Sampai dirumah setelah memasukkan sepeda motorku, aku segera istirahat. Malam semakin larut. Aku nyaris tak menyadari bila malam itu malam Jum’at. Malam yang konon, menurut kepercayaan banyak orang, hantu –hantu bergentayangan. Posisi rumahku banyak dikelilingi pekarangan. Apalagi pekarangan di belakang rumahku tampak gelap dan menyeramkan bila malam hari.

Sambil rebahan diatas ranjang, pikiranku menerawang jauh pada wajah istriku yang kini tiada disampingku. Sekitar pukul 23.30, aku terkejut. Sekonyong-konyong kulihat sesosok wanita muncul dari dalam kamar belakang. Dari mana dia masuk? Padahal pintu belakang rumah terkunci rapat. Penerangan lampu rumahku menangkap jelas wajah wanita itu. Ia mendekatiku yang tengah berbaring. Aku heran, karena setelah kuperhatikan, wajah wanita itu sangat mirip dengan istriku. Ya benar, dia istriku. Namun penampilannya berubah. Rambutnya acak-acakan alias kribo. Ia nampak bertelanjang dada dan hanya mengenakan bra klasik zaman dulu dan rok kebaya berbahan kulit pohon waru. Begitupun dadanya tampak belepotan. Pokoknya ia nampak dekil seperti orang gila. Sejenak aku berpikir;
“Apa yang terjadi dengan istriku? Kok dia dekil begini,”
Kemudian ia mendekati dan duduk disamping ku sambil berkata, “Sudahlah, Mas. Kalau kau ingin hidup enak, bergelimang harta, menikahlah denganku!
“Aneh, kenapa dia berkata begitu... “ batinku!
Malam itu aku hanya mengenakan sarung tanpa ada celana dalam yang melekat. Wanita itu lantas mulai meraba-raba sambil memijit kakiku mulai betis sampai ke paha, bahkan ia mulai menggerayangi alat vitalku. Sebagai lelaki normal alat vitalku kian menegang. Wanita itu nampak begitu bernafsu. Selanjutnya ia mulai naik keatas tubuhku, sebagai lelaki normal yang kesepian, aku menikmati adegan itu. Malam itu aku perhatikan istriku begitu agresif layaknya seekor singa yang lapar.

Tak berlangsung lama, tiba-tiba aku mencium aroma aneh dari tubuhnya. Aku mulai curiga pada wanita yang ada diatas tubuhku. Seketika akal sehatku bekerja. Aku teringat kalau istriku saat ini tengah bekerja diluar negeri. Aku meronta dan berusaha melepaskan tindihan tubuh wanita itu. Tapi tekanannya begitu kuat.
“Lepaskan kau keparat. Siapa kau sebenarnya?!”
“Kau telah mengotori rumah ku. Jangan harap aku melepaskanmu. Sebagai balasannya, kau harus melayaniku!”
Setelah berkata demikian wajah perempuan yang mirip istriku berubah menjadi buruk, hitam dan bermulut monyong. Ia barubah menjadi sosok makhluk yang mengerikan. Giginya besar-besar sebesar ibu jari. Dan saat menyeringai, nampak semakin menakutkan. Kulihat juga nampak buah dadanya menggelantung besar bagaikan buah pepaya.
“Kau baru kumaafkan setelah kau memuaskanku!” ia nampak tertawa cekikikan sambil menatapku dengan tatapan yang kian menekan. Tenaganya begitu kuat menekan. Dengan sekuat tenaga pula aku mendorong tubuhnya. Dan ternyata usahaku tak sia-sia. Sontak perempuan itu terjatuh. Ia berusaha menarik tangan ku. Karena perlawananku itu, akhirnya aku berhasil bangkit. Tangan makhluk itu behasil mencakar tanganku sebelum akhirnya aku berhasil lari keluar rumah.
Sesampai dijalan aku menghentikan langkahku sejenak. Aku menghela nafas dengan perasaan masih diliputi ketakutan hingga malam itu aku tak kembali kerumah.

“Dasar wanita iblis! Untung aku berhasil keluar!” makiku dalam hati.
Malam itu kususuri jalanan lengang menuju jalan raya. Tanpa terasa malam kian larut. Mungkin sudah tengah malam karena kulihat rumah-rumah warga sudah tutup semua. Setelah berjalan kaki sejauh dua ratus meter sampailah aku disebuah warung. Disana aku mampir pada sebuah warung makan yang biasa buka 24 jam. Orang-orang heran melihatku yang nampak kepanikan. Namun aku tak bercerita apa-apa. Aku memesan kopi dan makanan dengan beberapa orang disana yang kebanyakan dari luar kampung. Rasa kantuk pun sirna. Malam itu, aku terpaksa bergadang sambil menyaksikan acara sepak bola di televisi yang ada diwarung. Aku baru berani pulang setelah Adzan Subuh lewat menjelang heri terang.
Semenjak kejadian itu, aku tak berani buang air besar sembarangan. Semoga ini menjadi pelajaran agar kita lebih berhati-hati dalam menghargai eksistansi makhluk yang tak kasat mata.



Pelet Bulu Perindu
Pelet Dari Jarak Jauh Nan Ampuh
Gebetan Anda Kembali Rindu Lagi, Tanpa ritual
Klik di sini
Pesan WhatsApp: 62895-35644-0040 Bersponsor -

>