DIgulung Ombak Laut Selatan

DIGULUNG OMBAK LAUT SELATAN

AKIBAT SERING TIDUR

BERSELIMUTKAN TIKAR     

OLEH : M. YUSUF
Gulungan ombak itu menyiram sebagian kapal ikan itu dengan ganasnya. Kejadian yang berlangsung begitu cepat, semuanya sibuk menyelamatkan diri masing-masing, dan tak ada seorangpun yang tahu jika Harjo sudah hilang entah kemana.

Menurut orang-orang tua tidur berselimutkan tikar adalah perilaku yang tidak baik ( pamali-Sn; orang ilok – JW ). Bahkan agar tidak dilakukan maka, ada ancaman yang menyatakan , nanti bisa di gulung ombak.
Secara logika, sungguh tidak ada kaitannya dengan antara tidur berselimut tikar dengan digulung ombak namun itulah cara orang tua dimasa dahulu mengungkapkan hal-hal yang tidak baik kepada keluarganya. Padahal jika kita mau bepikir secara utuh , kenapa tidur berselimutkan tikar itu dilarang, maka, jawabannya adalah; pada masa itu hingga sekarang, tikar kebanyakan dibuat dari daun pandan yang jika digelar di lantai, tak lama kemudian akan lembab. Jadi tidak ada gunanya jika kita tidur berselimutkan tikar. Karena kita tidak mendapatkan kehangatan sama sekali.

Tetapi tak bias dipungkiri atau hanya sebuh kebetulan, karena seringnya tidur berselimutkan tikar, akhirnya lelaki paruh baya yang merupakan tulang punggung keluarganya itu harus hilang ditelan ganasnya ombak …
Harjo sejatinya adalah lelaki yang selalu berkorban untuk orang lain dan pekerja keras yang layak untuk di teladani. Betapa tidak walau sudah kedua anaknya sudah berulangkali meminta untuk beristirahat dan menikmati hari tuanya dirumah, namun, Harjo tetap bersikeras untuk terus melaut.
    Karena tenaga masih kuat, maka Bapak pantang untuk meminta uang dari anak,” demikian  kilahnya tiap istri dan kedua anaknya memintanya untuk berhenti melaut.

Jika sudah begitu, maka, ibu dan kedua anaknya hanya bias saling pandang sambil manarik napas panjang.
“Bapakmu memang keras,” hanya itu yang terlontar dari mulut sang istri.
Harjo yang mendengarkata itu hanya bisa tersenyum kecut. Ia enggan untuk menyahut, malas, jika akhirnya bakal timbul pertengkaran yang sebenarnya tak perlu terjadi. Sementara, kedua anaknya hanya bias menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
Mereka sadar, apa yang dilakukan bapaknyatak lebih sebagai bentuk tanggung jawab dan rasa kasih sayangnya terhadap keluarga kecilnya itu. Agaknya, hidup dan kehidupan sebagai nelayan, membuat keluarga ini tertempa untuk menjadi manusia yang pantang menyerah.

Tak hanya itu, di depan teman – temanya yang biasa melaut bersama , harjo juga dikenal sebagai sosok yang ringan tangan dan selalu terkesan mengalah . Terutama kepada Badrun, lelaki tambun yang agak manja itu. Boleh dikata, tiap melaut, sebagian makanannyapasti diberikan kepada Badrun yang selalu merasa kurang kenyang, tak cukup sampai disitu, bahkan, ia rela tidur berselimutkan tikar pandan using jika temannya yang satu ini terus menerus mengeluh kedinginan.

Berulangkali teman-temannya memgingatkan Harjo untuk tidak tidur berselimutkan tikar, tetapi, lelaki ini hanya tersenyum sambil berkata;” Kalau saya pakai sarung dan Badrun terus menggerutu kedinginan, nanti, kita semua tidak ada yg istirahat
Yang lain hanya terdiam. Dalam hati, mereka benar-benar jengkel melihat ulah Badrun yang seolah dengan sengaja selalu membuat Harjo harus terus mengalah. Tetepi apa daya, Badrun seolah tak pernah mau untuk berubah. Ia selalu berkilah;
Kalau aku membawa sarung atau selimut, di rumah anak-anakku yang masih kecil pasti kedinginan.”
Jika sudah begini, biasanya Samsul langsung menyergah;” kata-kata orang-orang tua, tidue berselimut tikar itu tidak baik. Nanti bisa di gulung ombak!”
Mendengar itu, semuanya langsung terdiam dan saling tatap dengan pandangan harap-harap cemas.
“Sudah jangan dibahas,” kata Harjo sambil berjalan maninggalkan teman-temannya yang masih menggerutu karena ulah Badrun.

Hari terus berlalu. Hingga seatu ketika, seperti biasa, sebelum berangkat, setelah memeriksa segala perlengkapan ia pun meminta kepada seluruk ABK untuk berdoa bersama. Usai itu, kembali sang juru mudi mengingatkan; “Sekali ini, mohon semuanya berhati-hati, gelombang sedang pasang.Mudah-mudahan, dalam pelayaran ini, kita bisa mendapatkan hasil yang memuaskan.”
“Amiiiiin,‘’ demikian kata-kata seluruh ABK secara bersamaan.

Tak lama kemudian, perlahan, kapal pun meninggalkan bibir pantai. Beberapa waktu kemudian, sejauh mata memandang, yang tampah hanyalah hamparan air seolah tak bertepi.
Entah kenapa, dalam pelanyaran sekali ini, Harjo tak tampak seperti biasanya. Selain murung, ia juga tampak gelisah. Ketika Samsul menanyakan hal itu, Harjo tidak menjawab. Ia hanya mengangkat bahu dan menjauh.
Pelayaran sekali ini membuahkan hasil yang baik. Dalam waktu 3 hari, kapal sudah hampir penuh dengan pelbagai jenis ikan. Melihat hal itu, juru mudi pun langsung memutuskan untuk segera kembali.
“Mudah-mudahan, kekurangannya bisa tertutupi dalam perjalanan pulang.”
“Amiiiin,“ demikian kata seluruh ABK dengan Oenuh semangat.

Semuanya tampak menguarkan senyum  kepuasan. Mereka berharap, selain hasil jerih payahnya dapat menutupi segala utang, sisanya juga dapat dipakai untuk membeli perbagai kebutuhan lainnya.
Mujur tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak , demikian kata pepatah. Malam itu, tiba-tiba udara berubah demikian mendadak. Bintang gemintang yang semula banyak bertabur dilangit, hilang tersapu awan tebal. Tak lama kemudian, hujan yang demikian lebat disertai dengan angin yang menderu menghantam perahu mereka. Tak ada yang bisa dilakukan kecuali hanya berpegangan dan berdo’a. Sekali waktu ombak, datang bergulunghingga menyiram sebangian kapal. Kepanikan pun mulai terjadi . Semua sibuk menyelamatkan diri masing – masing ...
Beruntung, peristiwa itu tak berlangsung lama, Ketika keadaan mulai tenang, juru mudi memerintahkan untuk memeriksa keadaan. Pada waktu itulah, baru mereka sadar, ternyata Harjotak lagi berada di tengah-tengah mereka.
‘’Jo... Harjo...Harjo,’’ demikian teriak Samsul diikuti dengan yang lainnya.
‘’Periksa seluruh ruangan dan anjungan,” demikian teriak juru mudi.
Walau telah seluruh bagian kapal, namun, Harjo tak juga diketemukan. Dengan wajah pucat, akhirnya, semua menyatakan Harjo hilang akibat di telan ombak yang tadi menggulung sebagian  badan kapal. Tak ada sepatah katapun yang terlontar dari mulut mereka. Semuanya hanyut dalam lamunannya masing-masing, hingga akhirnya, sang juru mudi berkata;” Koni Harjo tak lagi bersama dengan kita. Untuk itu, marilah kita berdoaagar ia selamat, ‘’
“Amiiiiin,“ demikian kata mereka lirih. Juru mudi mencoba mengitari daerah terjadinya badai sampai tiga kali, tetapi apa daya, Harjo tak juga diketemukan. Akhirnya, mereka memutuskan untuk segera kembali mengingat persediaan bahan bakar yang mulai menipis.

Di pantai, semua sudah menunggu. Juragan kapal, tengkulak ikan dan keluarga langsung menghambur ketika melihat kapal mulai merapat. Sang juru mudi langsung mendatangi juragan kapal sambil berkata;
“Walau tangkapannya memuaskan, tapi, kita kehilanggan ABK yang rajin, pendiam, dan ringan tangan.”
“Yah... kita serahkan semua kepada Allah. Semoga Harjo mendapatkan tempat yang layak  disisi-Nya,‘’ kata jurangan kapal dengan lirih,” jangan lupa, berikan haknya,” tambahnya mengingatkan.
Ketika keluarga Harjo diberitahu, salah seorang tetangganya pun berkata; “Jangan-jangan karena Kang Harjo sering tidur berselimutkan tikar.’’
Semua yang mendengar tergugu. Tapi, semuanya terpulang kepada peribadi masing-masing dalam menyikapinya.

Pelet Bulu Perindu
Pelet Dari Jarak Jauh Nan Ampuh
Gebetan Anda Kembali Rindu Lagi, Tanpa ritual
Klik di sini
Pesan WhatsApp: 62895-35644-0040 Bersponsor -

>