Smaradahana Di Kaki Langit (Bangkitnya Sedulur Papat Lima Pancer)

Hati aditya yang berdebar merasa tidak enak dengan apa yang terjadi. ruangan tamu yang telah porak poranda. ia merasa cemas memikrkan keadaan prof.lukman.

Oleh : Bayu indrayanto

  Bergegas ia memasuki ruangan kamar, namun yang terlihat disitu membuat langkah aditya terhenti.

  tampak profesor tua itu terbaring disis ranjang sambil memegangi perutnya yang berlumur darah. rupanya perutnya terluka karena tertusuk benda tajam sejenis keris. darah yang memancar dari perut yang terbuka karena tusukan keris itu didekap dengan eratnya oleh prof.lukman. melihat kedatangan aditya, prof.lukman merasa lega. dengan nafas kembang kempis ia berkata aditya.

  melihat keadaan prof. lukman, aditya bermaksud untuk menggendongnya namun prof. lukman mencegahnya.

  ''sudah dit. nyawaku tidak akan lama lagi. tusukan keris ini telah melukai ulu hatiku.''

  aditya yang berjongkok disamping tubuh yang berlumuran darah itu tampak terharu. ia memegang erat tangan prof. lukman yang bergemetar. ia merasa tidak tega. namun prof. lukman mencegahnya lagi dan memberi isyarat untuk mendekat dan mendengar pesan dari dirinya. aditya bergegas jongkok dan duduk sambil ikut mendekap perut prof. lukman yang terbuka.

  ''memang tepat dugaanku. kalau yang terkubur di peti batu itu adalah topeng dari ken dedes. semenjak kematian anusapati yang merupakan anak dari ken dedes dan tunggul ametung, maka tohjaya yang merupakan anak dari ken arok serta ken umang memendam rasa benci yang hebat kepada ken dedes. dengan dihasut oleh ken umang ibunya bertabiat jahat. maka ken dedes ditangkap dan dipenjarakan dalam tempat terpencil. ken umang takut kecantikan ken dedes dan daya pesonanya yang luar biasa akan menimbulkan simpati dari pengikutnya untuk membalas dendam karena kematian anaknya anusapati dan kecantikan dari ken dedes bersumber dari topeng emas tersebut, maka ia mengubur topeng emas ken dedes dalam peti batu dengan disertai keris pusaka milik mpu gandring. keris pusaka mpu gandring merupakan kunci untuk membuka atau menutup peti batu tersebut.

  penjelasan itu terhenti karena mulut prof. lukman tampak mengeluarkan darah. ia menggengam erat tangan aditya.

  ''waktuku tidak banyak lagi. akan kuceritakan semua apa yang terjadi disini sepeninggalmu tadi.''

  diceritakan, prof. lukman, sepeninggal aditya dirinya tetap asik untuk membuka tabir teka-teki dari huruf kuno yang ada di hadapannya. tak terasa disampingnya berdiri sosok perempuan yang cantik mempesona. bau harum rambutnya yang terurai menyadarkan sang profesor dari kesibukannya.

  melihat kehadiran perempuan tersebut prof. lukman sangatlah terkejut.

  ''siapa kamu ?''tegurnya.

  perempuan itu tersenyum melihat keheranan yang dialami oleh prof. lukman ''aku gadis dari panawijen.''

  mulut prof. lukman spontan mengaga seakan tak percaya mendengar jawaban singkat dari perempuan di hadapannya.

  ''jadi kamu adalah ken dedes?'' tanya prof. lukman dengan bola mata membesar. ia ingin menegaskan kalau yang di ucapkan gadis itu memang benar.

  perempuan yang ternyata ken dedes itu kembali mengeluarkan senyum yang menggetarkan sukma siapapun yang melihatnya. ia tidak menjawab pertanyaan profesor itu namun isyarat dari matanya membuktikan kebenaran dari pertanyaan sang profesor.

  dengan tenangnya perempuan itu kembali tersenyum kecil. melihat senyuman menawan dari perempuan dihadapannya prof. lukman yang tua hanya menunduk. ilmu batin yang digelutinya selama ini dikerahkannya untuk tidak terpikat senyum dan pandang mata yang menggoda dari ken dedes.

  namun wajah cantik, senyuman dan pandangan mata yang menggoda seakan membuat batinya runtuh. sekujur tubuh prof. lukman sampai menggigil untuk menahan godaan yang ada di hadapannya itu. ia mampu merasakan kalau apa yang dilihatnya merupakan pengaruh ilmu pemikat yang sangat kuat.

  pertahanan batin prof. lukman pun akhinya runtuh dan kini pandangan matanya berbalik mengikuti segalah tingkah laku ken dedes. tampaknya ken dedes dengan gemulainya berjalan ke arah plangkon tempat prof. lukman menaruh keris.

  diamatinya pusaka-pusaka koleksi prof. lukman yang berjajar rapi. prof. lukman yang melihat tingkah lakunya hanya terpesona gerak gerik dari ken dedes. ken dedes kemudian mengambil sebilah keris kecil dari plangkon. keris kecil namun berbilah lebar itu kemudian di buka oleh ken dedes dari wrangkanya. kemudian ditunjukannya keris tersebut ke arah prof. lukman.

  ''kamu tahu keris apa yang kupegang didalam tanganku ini?''

  ''itu keris jalak buda'' sahut prof. lukman cepat.

  ''jalak buda. konon keris ini merupakan kersi tua buatan mpu ramadi, dan umumnya di gunakan sebagai keris tindih oleh para kolektor pusaka. kekuatan keris tindih akan mampu menatralisir semua. pengaruh buruk dari keris lainnya. benar begitu, bukan?'' desis ken dedes sambil mengacungkan keris tersebut kedepan wajah prof. lukman.

  prof. lukman berteriak-teriak berusah melawan perintah yang mempengaruhi baah sadarnya. ia bergulingan kesana kemari, namun yang terjadi tangannya yang memegang keris seolah malah bergerak mendekat kearah perutnya. tanganya seakan tak mematuhi lagi dan bertindak sendiri menuruti apa yang diperintahkan ken dedes. karena sakitnya prof. lukman sampai berteriak lalu berlari menuju kamarnya.
sampai di kamar, tanganya seolah sudah tidak dapat di kendalikan lagi. dan ujung keris yang runcing itu akhirnya menghunjam dengan keras kearah perutnya.
darah pun jatuh berhamburan dari lubang yang menganga di perut prof. lukman.

  mendengar cerita prof. lukman tersebut aditya merasa semakin cemas. terlebih kini kondisi sang profesor semakin mengenaskan, mendekati sekarat. bibirnya bergerak-gerak seperti ingin menyampaikan sesuatu. namun sepertinya sangat berat. wajahnya begitu tampak sayu.

  ''ingat ken dedes hanya bisa mati oleh keris mpu gandring. dan keris itu harus kamu bacakan kakawin smaradahana untuk menolak daya pikat kecantikannya''.

  sesaat setelah mengucapkan pesan tersebut nafas prof. lukman pun terhenti. sementara matanya masih melotot gusar karena penasaran. aditya mengusap mata sang profesor agar yang bersangkutan lebih tenang dalam kematiannya.
ia mengepalkan tangannya tanda kemarahan terhadap perbuatan yang dilakukan oleh ken dedes terhadap prof. lukman.

  adutya bergegas kembali ke museum. dilihatnya prof. hadi mengamati barang-barang antik yang menyertai peti yang berisi topeng ken dedes. melihat kedatangan aditya, prof. hadi menyongsongnya, namun menyaksikan wajah muram dari aditya ia pun merasa heran.

  ''bagaimana dengan prof. lukman, dit? berhasil dia membongkar rahasia tulisan yang terdapat di peti batu ini?'' tanyanya dengan suara pelan.

  aditya menjawab dengan masgul, lalu ia menceritakan apa yang terjadi pada prof. lukman. mendengar penuturan dari aditya. prof. hadi tampak berduka. baginya prof. lukman bukan hanya teman namun juga seorang arkeolog yang berpengalaman di tanah air. kematiannya yang tragis akan membuat dunia sejarah di tanah air akan sangat kehilangan.

  adutya yang masih merasa masih bersedih tidak menanggapi perkataan prof. hadi.

  ''oh ya prof, dimana pandu?'' tanya aditya.

  prof. hadi menggelengkan kepala. ''entahlah semenjak pagi tadi, ia belum datang ke museum,''jawabnya.

  mendengar jawaban itu hati aditya kembali berguncang.''prof, benarkah disini anak magang yang bernama niken?'' tanya sekali lagi

  ''niken? perasaan sudah sebulan ini tidak ada mahasisiwa yang magang disini, apalagi yang bernama niken,'' jawab prof. hadi sambil mengernyitkan kening.

  mendengar jawaban dari prof. hadi, aditya segera mundur ke belekang karena terkejut. firasatnya sekilas merasa tidak enak membayangkan keadaan temannya.

  ''celaka pandu dalam bahaya,'' ujarnya seraya balik badan dan berlari keluar ruangan. prof. hadi yang melihat tingkah laku aditya yang seperti orang kesetanan itu terkejut.

  ''dit, mau kemana kamu?''

  aditya tak menjawab seruan prof. hadi. baginya waktu sangat berharga. ia tak mau terjadi apa-apa dengan temannya tersebut. terlebih disampingnya adalah ken dedes. perempuan cantik namun haus darah. terbukti dengan terbunuhnya prof. lukman.

  prof. hadi merasa terkejut tidak berpikir ke situ, ia merasa keheranan atas tingkah laku aditya yang berlari pergi seperti kesetanan.

  aditya beranggapan pandu akan membawa ke dedes kee tempat nya selama ini selalu tertirah. di waktu senggang pandu selalu pergi ke palabuhan ratu dan duduk di tebing sambil sambil menyaksikan lautan biru luas yang membentang dihadapannya, biasannya di saat liburan aditya pun terkadang ikut serta diajak oleh pandu beserta mirna tunangannya aditya. karena itu ia merasa tidak asing dengan tempat yang dituju sahabatnya tersebut.

  tepat apa yang menjadi dugaan adtya. di pelabuhan ratu ia melihat pandu yang sedang duduk bedampingan bersama ken dedes. ken dedes tampak duduk besandar di samping pohon, ia mengenakan baju panjang, lengkap dengan selendang kuning yang menghiasi lehernya yang jenjang.

  tampak wajah yang cantik kelihatan memerah karena tertimpa sinar matahari senja yang menerpa. selendang yang melilit lehernya tampak bergerak-gerak mengikuti angin yang berhembus kearah laut. baerkali-kali ken dedes mengurai rambutnya yang ikut tersapu angin.

  sempat terlihat dalam pandangan aditya yang duduk di belakang kemudi mobil tingkah laku mereka berdua dari arah belakang.

  ken dedes terus menatap lautan tanpa menghiraukan angin yang berhembus meniup gaunnya. lalu ia berbalik menghadap ke arah pandu yang masih duduk dibawah pohon. entah karena derasnya angin yang berhembus, gaun ken dedes pun tersingkap dan disaat itu aditya melihat sesuatu yang kelihatan menyala dan bersinar di balik gaun yang tersibak angin yang berhembus.

  ''ya tuhan. dia benar-benar ken dedes. menurut kitab pararaton dia benar-benar nareswari, perempuan yang mempunyai rahim bersinar sebagaimana keistimewaan yang dimiliki ken dedes ,'' guman aditya terpengarah melihat keadaan itu. ia merasa takjub dengan pemandangan yang dilihatnya baru saja.

  ken dedes tampak mendekat ke arah pandu. pandu menatap mesra kearah ken dedes. darah aditya merasa mendidih, perasan iri serta cemburu menyesaki dadanya melihat tingkah laku keduannya. dengan cepat ia membuka pintu mobil. ia masih merasa takjub dengan pemandangan yang dilihatnya baru saja.

  ''pandu...!hati-hati, dia adalah ken dedes'' teriak aditya.

  mendengar teriakan itu, pandu menoleh. namun tatapan matanya kembali ke arah ken dedes. tiba-tiba angin sekali lagi bertiup dan selendang yang dikenakan ken dedes melayanag sebelum kemudian jatuh pada sebuah ranting pohon yang menjorok ditepi tebing.

  tampak ken dedes kemudian menggengam tangan pandu. digandengnya tangan pandu tersebut berjalan menuju ke tebing yang terjal, dan menyuruh agar pemuda tersebut mengambil selendangnya yang menyangkut dikayu tersebut

  ''pandu...pandu!'' teriak aditya berkali-kali ia merasa cemas dengan keadaan yang menimpa temannya itu. namun langkah aditya harus terhalang tebing terjal yang membuatnnya kesulitan untuk mendaki ke tempat tebing tempat pandu dan ken dedes berada.

  namun pandu tetap tak mengubris teriakan aditya. ia dengan patuhnya mengikuti kata-kata ken dedes yang menyuruhnya mengambil selendang yang jatuh walaupun ia sendiri harus mengalami kesulitan karena salah satu tangannya yang patah.

  melihat hal tersebut dengan panik adtya kembali berteriak-teriak memperingatkan pandu. aditya berjalan keatas berusaha mendaki tebing terjal itu. tampak ken dedes menoleh ke arahnya sambil tersenyum sinis. dari matanya memancar segumpal sinar yang mengarah ke arah aditya. aditya yang melangkah kakinya tiba-tiba terasa berat. ia merasakan kakinya kini seakan lumpuh dan tidak bisa digerakan lagi.

  berkali-kali aditya menghentakan kakinya dengan maksud agar kakinya tersebut dapat melangkah, namun yang terjadi beban berat yang seolah menempel di kakinya semakin berat dan bertambah beratnya. sementara karena paniknya aditya hanya mampu melihat pandu yang berjongkok di pinggir tebing untuk mengambil selendang.

  dari tebing yang tinggi curam tersebut, tampak ombak dibawahnnya yang menghempas di dinding-dinding karang sementara batu-batu tajam menghiasi tepinya. melihat apa yang terjadi aditya semakin panik.

  akhirnya dalam keputusasaan yang menimpa dirinya, aditya teringat untuk pasrah kepadanya . ia merasa tidak ada yang sanggup untuk menolongnya kecuali kekuataan hyang maha agung . ajaib, kaki yang semula tidak mampu digerakan dan seakan-akan dibebani batu besar kini tiba-tiba terangkat. bergegas aditya segera berlari ke arah pandu.

  ken dedes menoleh kearah aditya yang berlari ke arah mereka. mulutnya tersenyum manis ke arah aditya. namun bibirnya terus mengucapkan kata-kata yang memerintahkan pandu, seolah tak sadar, pandu berjalan kearah ujung tebing yang menjorok, tangannya berusaha meraih selendang yang terus berkibaran tertiup angin..

  ''panduuuu......!'' teriak aditya histeris sambil melompat berusah memegang tangan pandu. nemun terlambat, tubuh pandu yang berjongkok untuk meraih selendang tersebut tahu-tahu meluncur kearah bawah tebing dan menimpa batu-batu runcing yang siap menyambutitubuhnya (bersambung)..

  

 

Pelet Bulu Perindu
Pelet Dari Jarak Jauh Nan Ampuh
Gebetan Anda Kembali Rindu Lagi, Tanpa ritual
Klik di sini
Pesan WhatsApp: 62895-35644-0040 Bersponsor -

>