Berpacaran Dengan Pewaris Ilmu Leak

Masa remaja menjadi masa terindah. Itulah ungkapan yang sering terdengar dari mulut para remaja. Memang, masa itu masa pembelajaran tentang gelombang hidup, manis pahitnya kehidupan. Satu episode kehidupan yang tak mungkin terlupakan. Masa ini semua yang terlihat terasa indah. Tapi pernahkah terbayang jika saat terindah itu lenyap seketika dan berganti kengerian karena orang yang menjadi pacar adalah pemilik ilmu leak.

  ILmu leak di kalangan umum orang lombok dikenal sebagai salah satu ilmu hitam karena sifatnya yang merugikan orang lain. Padahal, ilmu sebagaimana hakikatnya yakni netral. Para pelakulah yang menyebabkan ilmu itu dikenal sebagai ilmu yang jahat atau ilmu baik begitupun dengan ilmu leak.

 Ilmu leak secara otomatis bisa turun kepada keturunannya walau ia tidak mempelajarinya sehingga ilmu ini susah untuk punah dan menjadi sosok yang cukup ditakuti. Karena tidak semua keturunan para pemilik ilmu leak menginginkannya. Awalnya, ilmu leak seperti ilmu-ilmu lainya dimanfaatkan sebagai salah satu pertahanan membela diri dari gangguan makhluk lain. Sering perjalanan waktu, banyak di antara pemilik ilmu leak menyalahgunakan kemampuannya demi memuaskan nafsunya sendiri dengan tujuan mencelakakan orang lain. pada akhirnya, masyarakat menilai lebih baik menjauhi orang yang memiliki ilmu leak daripada harus berdekatan dengannya kuatir jadi korban ilmu leak.

  Tahun 1990-an, jumat sore di suatu senja di sebuah pantai di lombok terlihat tiga orang lelaki muda berjalan-jalan di pantai. Suara tawa dan canda ceria mewarnai langkah mereka menapaki pasir pantai. Angin pantai menerpa wajah ketiganya dengan keras. Semua itu menambah kegembiraan ketiganya.
  Waktu berlalu mengiringi langkah ketiganya. Detik-detik waktu mengantar sang surya mendekati peraduan. Angin pantai ke alam impian yang serba indah. Bayangan kegembiraan menyertai gelak tawa dan canda ria. Di kejauhan. terlihat tiga orang gadis menyusuri pantai. Rambut ketiganya melambai dibelai angin. Sesekali rambut itu menerpa wajah dan sinar mentari menutupi kecantikan wajah. Hembusan angin basah menyapu kulit. Ketiganya terus menikmati pasir dan indahnya sunset di pantai.

  Kebetulan, arah yang dituju ketiga gadis berlawanan dengan ketiga pemuda. Saat mulai mendekat, mata ketiga pemuda memainkan irama hati. Debar-debar menjadi irama yang sangat menggetarkan jiwa begitu mata  bertemu pandang. Langkah kaki yang terayun mendadak terhenti. Senyum pun tak mampu disembunyikan.

"Hai..."sapa ketiga pemuda kepada ketiga gadis.
Tak dinyana, sapaan lembut tanpa nada tekan itu mendapat balasan, "Hai Jua,"kata ketiganya sambil melambaikan jari tangan.
Mendapat angin segar, ketiganya tak mau menyia-nyiakan. Langkah kaki langsung terhenti dengan pasti seperti roda motor yang menggunakan rem cakram. Tak bisa maju atau mundur.
  Ketiga pemuda itu kemudian menghampiri ketiga gadis sambil menyebutkan nama.
"Sahrun...Salim..lling.."ketiganya memperkenalkan diri.
"Nita...Nia...Nina.."sambut ketiga gadis dengan senyum tersipu. Mendapat sambutan hangat, ketiganya terus merapat dan  asyik ngobrol kian kemari dengan topik berbagai macam. Mereka seakan tak menyadari, keasyikan itu menuntunnya hingga petang menjelang semburat sinar jingga di ufuk barat menjadi pertanda bahwa kebahagiaan pertemuan harus segera diakhiri.

"Boleh,"Jawab Nina
Jawaban itu berlanjut dengan pemberian alamat bahkan denah lokasi.
"Nanti mallam minggu ya kita main,"kata ketiga pemuda hampir berbareng.
"Ya, "jawab ketiga remaja putri menyahut perpisahan yang membuat kebahagiaan itu terus mengiringi langkah ke enamnya pulang ke rumah masing-masing. Walau berjarak hanya 24 jam namun rasanya terlalu panjang bagi mereka untuk melewatinya.
  Selama 24 jam itu pula, mereka bermain dengan perasaannya masing-masing. Pertemuan yang ditunggu pun datang menjemput. Sabtu sore menjadi hari yang sangat dinanti. Ketiga remaja pun mempersiapkan kendaraan terbaiknya, sebuah sepeda onthel.
"Ling, sudah siap,"tanya salim
"Siap!"Jawab lling
"Run, bagaimana?"tanya lling kepada sahrun
  "Siaap!"Jawab Sahrun dengan nada banngga sambil mengelus-elus sepeda onthelnya.
  "jalan...!"teriak lling mulai mengayuh sepeda onthelnya. Perjalanan midang (berkunjung ke rumah wanita) menuju rumah gadis pujaan ditempuh dengan riang gembira. Perjalanan sekitar 30 menit tak terasa. Kayuhan sepeda onthel menyusuri jalan tanah tak membuat ketiganya merasa lelah. Semua ditempuh dengan tawa canda penuhrasa bahagia. Strategipun diatur dengan baik. Ketiganya sepakat, setelah waktu menunjukkan pukul 21.30 WITA harus segera pamit untuk pulang.
"Siip. Nanti kita kumpul di rumah ceweknya salim,"kata keduanya.
Semua pun sepakat. Tidak berapa lama mereka di tempat tujuan.
  "Assalamu'alaikum.."sapa lling ketika sampai di depan rumah Nita.
"wa'alaikumsalam,"jawab Nita dengan suara merdu.
"Gimana kabarnya,"tanya lling
"Baik juga,"Jawab lling. Keduanyapun kemudian terlibat obrolan santai menyenangkan. Begitu juga dengan kedua temannya. Asyik bercanda dengan teman wanitanya.

  Waktu berlalu dengan cepatnya. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 21.30 WITA. Angin dinding pun mulai menyapa kulit mengingatkan ketiganya untuk segera meninggalkan kesenangan malam itu.
"Lim. ayo pulang,"ajak lling dan Sahrun ketika sampai di rumah ceweknya Salim.
"Ya. Sebentar,"Jawab Salim. Basa-Basi sebagai kata perpisahan pun terlontar. Sampai sang cewek menyatakan kesediannya untuk mengantur mereka hingga di tepi jalan besar.
"Kak, saya antar ke depan,"ucap Nina.
"Tidak usah.Cukup di sini saja,"tolak Salim.
  "Nanti marah, kalau nggak diantar,"rujuk Nina.
"Nanti marah, kalau nggak diantar,"rujuk Nina.
"Ah,tidak.Terima kasih. Kan ada lling sama Sahrun,"Jawab Salim.
"Ayo Ling, Run,Kita pulan," ajak Salim.
Ketiganya langsung mengayuh sepeda onthel. Canda ceria mewarnai ayunan seeda onthel. Namun saat mereka sampaidi jalan tanah sebuah pematang yang lebarnya sekitar satu meter tiba-tiba sepeda mereka berhenti secara bersamaan.

  "Eh, Kenapa ini sepeda?"teriak lling yang tiba-tiba sepedanya tidak bisa dikayuh.
Padahal tenaga yang ada sudah diemposnya ke kaki.
"Eee...sepedaku juga kenapa?" sahut sahrun sambil berusaha mengayuh sepedanya yang mendadak berhenti.

  "Eiit! Sepedaku juga. Ada apa ini?!"teriak Salim sambil turun dari sepeda. Ketiganya langsung memeriksa semua komponen sepeda mulai dari rem, rantai, ban dan semuanya.
"Semua normal,"kata lling setelah memeriksa kondisi sepeda ketiganya.
"Iya,"Sahut Salim dan Sahrun.
"Ayo kita coba lagi,"ajak lling.
Ketiganya kembali naik ke sepeda. Sepeda pun dikayuh namun sepeda tidak beranjak dari tempatnya. Kayuhan sepeda makin dipercepat, tapi sepeda seperti terpaku di dalam bumi tidak bergerak meninggalkan tempat.
"Ada apa ini,"tanya lling sambil turun dari sepeda dengan napas terengah-engah.
"Iya, tidak biasanya,"sahut Sahrun menimpali.

Pelet Bulu Perindu
Pelet Dari Jarak Jauh Nan Ampuh
Gebetan Anda Kembali Rindu Lagi, Tanpa ritual
Klik di sini
Pesan WhatsApp: 62895-35644-0040 Bersponsor -

>