DI PUNDEN BUTO IJO
Inilah uniknya persugihan Buto Ijo. Si pelaku persugihan bosa kaya raya. Caranya, bersekutu dengan makhluk gaib bernama Buto Ijo. Persufihan yang satu ini banyak peminatnya, karena tak perlu tumbal nyawa. Tapi bukan berarti tidak ada konsekwensi yang harus diberikan oleh pelaku.
Oleh : Imam S
Persugihan Buto Ijo ini, bisa didapat dengan cara menjalani ritual ditempat keramat yang disebut dengan punden Buto Ijo. Yakni, sebuah pohon bulu berusia ratusan tahun yang menjulang tinggi dan tumbuh diatas batu. Punden angker ini berada di Dusun Rowobayem, Desa Wadasmalang, Kecamatan Karangsambung, Kebumen, Jateng. Harus ekstra hati-hati jika menuju punden Buto Ijo ini tempatnya sulit dijangkau. Dari kota Kebumen, kearah utara kurang lebih 20 km. Jalanan yang sulit, medan yang berat, menjadikan perjalan menuju punden Buto Ijo penuh tantangan.
Namun hal itu sepadan dengan hasilnya. Jika laku ritual bisa sukses tanpa hambatan maka uang milyaran rupiah bisa didapat disana, diberikan secara cash atau tunai. Kedatangan para pengalap berkah menuju punden Buto Ijo, hampir bisa dipastikan untuk mencari kekayaan dalam sekejap.
Keberadaan punden Buto Ijo sendiri, begitu melegenda, terutama di wilayah Karangsambung. Tanya saja lokasi punden Buto Ijo, pasti semua orang akan menunjukkan jalan menuju lokasi ini.
Ada juru kunci bernama Tarwo (35). Dialah yang akan menjadi pemandu bagi para pengalap berkah yang akan mencari persugihan di punden Buto Ijo. Menurut cerita Tarwo, yang mendengar cerita ini dari kakek buyutnya, asal mulanya adanya punden Buto Ijo ini erat kaitannya dengan sejarah adanya dusun Rowobayem itu sendiri.
Semua bermula dari kisah perjalanan Kyai Diparsa yang merupakan leluhur warga Rowobayem, ratusan tahun silam. Diyakini Kyai Diparsa ini merupakan orang pertama yang babad alas dusun Rowobayem. Cerita menyebutkan pada jaman dulu, pasca runtuhnya kerajaan Majapahit akibat serangan tentara Demak, banyak penghuni kerajaan Majapahit yang tercerai-berai, melarikan diri.
Salah satu dari mereka, ya Kyai Diparsa ini, yang melarikan diri dengan diiringi beberapa pengikutnya. Akhir dari pelarian ini, sampai ke dareah hutan lebat di sebelah utara Kebumen, di deretan pegunungan Karangsambung. Disini, Kyai Diparsa babad alas, dengan membabat habis semua pepohonan untuk mendirikan pemukiman. Namun proses babad alas ini menemui hambatan, saat ada sebuah pohon bulu yang tak mempan ditebang. Benda apapun, tak mampu menggores pohon buli itu.
Merasa ada yang tak beres Kyai Diparsa lantas bertirakat, berpuasa 40 hari, bermunajat pada Ilahi, untuk meminta petunjuk apa yang sebenarnya terjadi. Dari sinilah, akhirnya diketahui, kalau pohon bulu tersebut tinggal sesosok makhluk gaib jenis Buto Ijo yang sakti. Kyai Diparsa yang juga orang linuwih ini berkeinginan menghabisi si Buto Ijo, agar misinya mendirikan pemukiman bisa sukses. Pertarunganpun tak dapat terelakkan. Namun duel maut manusia melawan Buti Ijo dari bangsa gaib akhirnya dimenangkan Kyai Diparsa.
Sebagai akhir pertarungan itu, Kyai Diparsa bermaksd mengobrak-abrik kerajaan Buto Ijo, yang bersemayam di pohon bulu tersebut. Namun sebelum niatnya terlaksana, si Buto Ijo bersimpuh memohon belas kasihannya Kyai Diparsa, agar pohon bulu jangan ditebang.
Dari sinilah, akhirnya terjadi perjanjian gaib keduanya. Kyai Diparsa tak akan menebang pohon bulu dengan syarat, si Buto Ijo ini mau melindungi Dusun Rowobayem dari segala ancaman, baik yang nyata maupun yang tak kasat mata. Dan perjanjian ini berlaku sejak saat itu, hingga anak turun Kyai Diparsa.
“Si Buto Ijo juga berjanji, akan membantu siapa saja dari bangsa manusia yang mau datang ke tempat tersebut,” demikian cerita Tarwo, soal adal usul punden Buto Ijo tersebut.
Dan sepeninggalan Kyai Diparsa, pohon bulu tersebut akhirnya menjadi tempat keramat. Banyak orang melakukan ritual ngalap berkah disana, dengan berbagai tujuan. Cerita Tarwo, banyak kisah-kisah sukses yang dialami pelaku persugihan, yang akhirnya bisa menjadi kaya raya setelah bersekutu dengan Buto Ijo. Tarwo tahu, setelah beberapa diantaranya kembali lagi ke dusun Rowobayem untuk bertemu dirinya, sekedar mengucapkan terima kasih.
“Namun anehnya, persugihan Buto Ijo tak berlaku bagi warga Rowobayem sendiri. Dulu perjanjian gaibnya memang seperti itu. Kalau urusan lain silahkan, yang penting tak minta persugihan,” lanjut Tarwo.
Jelas Tarwo, sebagai juru kunci, dia memang yang bertugas untuk merawat punden Buto Ijo. Dan bagi para pengalap berkah yang akan minta persugihan disini, harus seijin dirinya. Tanpa rekomendasi darinya, dipastikn kalau ritual akan gagal.
Sejak juru kunci dipegang kakek buyutnya, punden Buto Ijo memang sudah dikenal sebagai tempatnya orang mencari persugihan. Dari pengakuan Tarwo, sudah tak terhitung lagi, para pelaku persugihan yang akhirnya sukses menjadi kaya raya, setelah ritual di punden Buto Ijo. Mereka-mereka ini, kata Tarwo, ternyata malah kebanyakan dari luar -luar daerah seperti Jakarta, Kalimantan, hingga Sumatera. Tarwo sendiri juga heran, dari mana mereka tahu keberadaan punden Buto Ijo ini.
Tarwo berani memberikan garansi, jika pencari persugihan ini memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, persugihan yang diminta pasti diperboleh. Meski Buto Ijo ini jenis persugihan, namun menurut Tarwo, ada perbedaan dengan persugihan lainnya. Bahwa ternyata, dipersugihan Buto Ijo ini, tak diperlukan adanya tumbal nyawa sebagai tebusan atas harta yang diberikan Buto Ijo. Uniknya, jika si pelaku persugihan itu bisa berprilaku baik, dermawan, dan tak sombong, maka kekanyaan yang didapat akan langgeng dan bisa diwariskan ke anak cucunya. Namun jika pantangan dan ketentuannya dilanggar maka bukan kekayaan yang didapat, tapi nyawa taruhannya. Itulah yang menjadikan persugihan Buto Ijo ini, banyak diminati semua kalangan.
“Mereka ini dari mana-mana, Dan kekayaan yang didapat, uang dalam bentuk cash. Soal jumlahnya, tergantung permintaan,” ungkap Tarwo lebih jauh, soal persugihan Buto Ijo.
Ungkap Tarwo, untuk mendapatkan persugihan ini, bisa dilakukan pada hari apa saja, selain malam Jum’at Kliwon. Konon, pada malam Jum’at kliwon itu, si Buto Ijo yang tinggal di pohon bulu itu sedang tak ada ditempat, sehingga percuma jika ritual tetap dilaksakan. Syarat untuk mendapatkan persugihan Buto Ijoini, kata si juru kunci juga mudah. Yang paling pokok, kata Tarwo adalah niat. Niat harus benar-benar kuat dan yakin. Tak boleh ada keragu-raguan sedikitpun di sini. Selain itu, harus mendapat ijin dari keluarga. Tanpa dua syarat pokok itu, dipastikan akan gagal.
Meski dirinya sering menjadi pembuka pintu gaib atau perantara dalam ritual persugihan ini, namun Tarwo selalu mengingatkan, agar dipikir ulang lagi sebelum menempuh jalan sesat ini. Karena, jika sudah tercebur didalamnya, tak bisa keluar lagi. Diakui Tarwo, meski tanpa ada tumbal nyawa layaknya persugihan lainnya yang diberikan setahun sekali, jika nanti si pelaku persugihan ini meninggal, maka gantian dia yang akan menjadi pengikut Buto Ijo di alam sana.
“Hukum alam dunia persugihan memang begitu. Saya hanya membukakan pintu gaib, menghubungkan antara pelaku dengan Buto Ijo. Soal apa tujuannya, dan akibatnya nanti ya, tanggung sendiri akibatnya,” jelas Tarwo, yang menjadi kunci sejak 3 tahun silam, menggantikan almarhum ayahnya, Kastro. Jika semua sudah siap, maka diperlukan beberapa sesajen sebagai sarana pendukung, seperti ayam putih mulus, mandat turki, minyak jafaron, minyak duyung, dupa ratus, pisang raja dan ambon, kembang setaman, kelapa ijo, kopi pahit dan manis, teh pahit dan manis, serta candu.
Sebagian dari sesajen tadi, ditempatkan di rumah juru kunci, untuk acara kenduren atau selamatan. Sebagian lagi, dibawa ke punden Buto Ijo. Biasanya, setelah acara kenduren langsung dilanjutkan dengan ritual di punden Buto Ijo. Tarwo akan memandu pencari persugihan dibawah pohon bulu. Ada tanah lapang yang tak seberapa luas tepat dibawah pohon, tempat ritual dilaksanakan. Setelah Tarwo ‘membukakan’ pintu, menyowankan pencari persugihan dihadapan Buto Ijo, selanjutnya pencari persugihan akan ditinggalkan sendiri. Selama ditinggal itu, pencari persugihan akan mengucap mantra-mantra khusus untuk memanggil Buto Ijo. Jika memang sedah rejekinya, maka hanya dalam hitungan menit, pencari persugihan akan ditemui Buto Ijo.
Jelas Tarwo, perwujudan Buto Ijo saat menemui calon pemujanya ini, bentuknya belum tentu menyeramkan. Semua tergantung nyali masing-masing. Jika nyali pas-pasan maka sosok Buto Ijo akan menemui dalam ujud laki-laki biasa. Namun jika nyalinya kuat, maka Buto Ijo akan datang dalam sosok yang sebenarnya, tinggi besar, bertaring dan menyeramkan.
Nah, saat itulah sampaikan apa yang menjadi keinginan atau tujuannya. Jika tujuannya minta harta dalam bentuk uang, ya mintalah seperti itu. Saat pertemuan itu, akan terjadi kesepakatan-kesepakatan antara keduanya, antara si Buto Ijo dengan pencari persugihan. Bentuk-bentuk kesepakatan atau perjanjian gaib itu, hanya kedunya yang tahu. Tarwo sudah tak ikut campur dalam hal ini. Namun biasanya, berujud kesanggupan-kesanggupan yang akan dipenuhi pencari persugihan, jika uang atau harta yang diminta terpenuhi.
Yang pasti, jelas juru kunci, kesanggupan itu tak berhubungan dengan pemberian tumbal nyawa manusia. Biasanya, bentuk kesanggupan itu berupa pemberian sebagian harta pada anak yatim, mesjid, atau kegiatan sosial lainnya. Setelah deal, maka saat itu juga akan diperlihatkan setumpuk uang dalam bentuk cash dihadapan pencari persugihan. Uang itu, kata Tarwo, masih berada di alam gaib. Karena itu, untuk bida melihatnya diperlukan password atau kunci khusus. Dan pelaku persugihan sudah diberikan kunci khusus itu oleh si Buto Ijo.
“Jika sudah sepakat, si pelaku diminta pulang kerumah, dan mempersiapkan sebuah kamar khusus. Nanti akan ada utusan Buto Ijo yang akan mengantarkannya,” jelas Tarwo. Dan dikamar khusus itulah nantinya, uang yang diminta benar-benar akan diantar. Dari pengakuan para pesugihan yang berhasil, uang ini jumlahnya bisa mencapai milyaran rupiah, tergantung permintaan.
Sebelum uang diantar, dikamar khusus tersebut harus ada sesajennya, yakni, bubur merah dan putih, kembang setaman, kembang telon, kopi manis dan pahit, teh manis dan pahit, minyak duyung, kemenyan, kelapa ijo, pisang raja dan ambon. Meski sudah diantar dan bisa dilihat dalam bentuk nyata, namun uang tersebut belum bisa dipergunakan. Uang tersebut masih diliputi tabir gaib atau dalam keadaan kotor. Karena itu, harus dibersihkan dan dinetralkan. Caranya, dengan membiarkan uang tersebut dalam kamar khusus ini, selama maksimal 40 hari. Setelah resmi bersekutu dengan Buto Ijo ini, pelaku persugihan harus menjaga perilaku, yakni selalu bersikap baik, sesuai perintah agama. Jika ini di langgar, maka usia persugihan itu sendiri juga tak akan lama. Jika semua ketentuan dan syarat dipenuhi, maka harta yang dimilikinya itu akan semakin bertambah dan abadi, dan bisa diwariskan pada anak cucunya. Namun jika kontraknya sudah selesai, maka dia akan meninggal dengan cara misterius. Setelah meninggal, dia yang akan menjadi pengikut Buto Ijo di alam sana, menjadi budaknya. Persugihan yang diwariskan pada anak cucunya, akan langgeng, jika si anak turunnya mau memperpanjang kontrak dengan Buto Ijo.
“Sebaiknya, si pelaku persugihan harus punya usaha, agar tak mwnimbulkan kecurigaan.” jelas Tarwo.
Menurut Ki Winarto (50), spiritualis dari lereng gunung Sikenap, Kalirancang, Alian, Kebumen, yang ikut mendampingi perjalanan Misteri kali ini, aura mistik yang terpancar dari punden Buto Ijo begitu kuat. Namun energinya terlihat negatif. Hawa mistis begitu terasa, saat berada di lokasi punden Buto Ijo. Tepat dibawah rimbunnya pohon bulu ini, tampak beberapa sesajen mulai mengering. Ada sisa bakaran kemenyan, kelapa ijo, dan kembang setaman yang terlihat berserakan. Ini menandakan, kalau di punden Buto Ijo sering dijadikan tempat ritual. Dari terawang gaib Ki Winarto, di tempat tersebut memang tinggal di tempat tersebut sejak ratusan tahun silam. Si Buto Ijo ini, memang makhluk gaib yang bisa memberikan kekayaan pada siapa saja yang memintanya.
“Meski spesialisasinya memang untuk persugihan, namun bisa juga untuk pinuwunan lain, seperti penglarisan, derajat pangkat, kewibawaan, kelesamatan, dan pengasihan,” ungkap Ki Winarto, spiritualis yang memilik banyak batu akik bertuah ini.
Dari kontak gaib yang dilakukan Ki Winarto, bahwa Buto Ijo suka ini terkadang suka menampakkan diri pada hari-hari tertentu. Meski sebutannya Buto Ijo, yang dalam ujud aslinya berupa sesosok tinggi besar dengan tubuh berwarna hijau seperti raksasa, namun dia terkadang suka menampakkan diri dalam ujud manusia biasa. Untuk warga Rowobayem sendiri, kata Ki Winarto, si Buto Ijo ini merupakan salah satu pelindung gaib desa, yang akan menjaga keselamatan seluruh warga dari segala ancaman marabahaya, terutama dari serangan gaib.
“ Ada perjanjian gaib antara si Buto Ijo ini dengan leluhur dusun Rowobayem, kalau dia berjanji akan menjaga seluruh dusun beserta isinya dari segala macam gangguan,” pungkas Ki Winarto.
Pelet Bulu Perindu
Pelet Dari Jarak Jauh Nan Ampuh
Gebetan Anda Kembali Rindu Lagi, Tanpa ritual
Klik di sini
Pesan WhatsApp: 62895-35644-0040 Bersponsor
Pelet Dari Jarak Jauh Nan Ampuh
Gebetan Anda Kembali Rindu Lagi, Tanpa ritual
Klik di sini
Pesan WhatsApp: 62895-35644-0040 Bersponsor
>