TAMU JIN TIMUR TENGAH DI PESTA ULANG TAHUNKU

TAMU JIN TIMUR TENGAH DI PESTA ULANG TAHUNKU

Oleh : Henny Nawani

Banyak omongan yang negative diarahkan kepadaku. Aku dikatakan mandul, gabuk, atau apalah yang membuat kupingku merah. Tapi, walau kesal hati dikatakan begitu atau tidak bisa marah. Sebab kenyataannya memang begitu.

Walau sudah 12 tahun menikah, namun kami belum dapat keturunan juga. Mulanya Mas yudi Krisnand, suamiku, menduga aku mandul dan tidak bias punya keturunan. Maka itu aku tidak kunjung bias hamil. Oleh karena itu, kami bersua periksa ke dokter ahli kandungan dan internis. Setelah diteliti secara intensif, maka dokter Herman Nur, 49 tahun, menyatakan bahwa kami berdua sehat. Tidak ada masalah dengan kesuburan kami berdua.

Lalu dokter Herman Nur mengobati kami dengan internis. Namun setelah bertahun tidak menunjukan hasil, kami juga dianjurkan menggunakan herbal. Ada obat-obatan dari tetumbuhan yang meransang kesuburan. Bahkan barang herbal yang paten untuk kesuburan. Bahkan barangherbal yang paten untuk kesuburan didatangkan dari Tiongkok. Harga mahal sekalipun, kami beli. Saking inginya kami punya anak. Namun sayang, semua usaha itu sia-sia. Makin banyak uang dikeluarkan untuk dapatnya anak ini, makin jauh kami dari kesuksesan itu.

Banyak omongan yang negative diarahkan kepadaku. Aku dikatakan mandul, gabuk, atau apalah yang membuat kupingku merah. Tapi, walau kesal hati dikatakan begitu, aku tisak bias marah. Terbukti dua belas tahun aku menukah namun tidak ada tanda-tanda sedikitpun akan punya anak.
Sementara itu, ibuku sangat ingin mendapatkan cucu dariku. Maklumlah, aku anak tunggal dan hanya dari akulah ibuku berharap menimang cucu. Tetapi, aku gabuk, mandul dan tidak bias memberikan ibuku cucu.
Begitu juga dengan keluarga Mas Yudi Krisnandi, juga tidak punya anak lain selain Mas Yudi Krisnadi. Mertua ku berharap mereka juga dapat menimang cucu dari anak mereka, Yudi Kridnandi, juga tidak punya anak lain Mas Yudi Krinandi. Mertuaku berharap mereka juga dapat menimang cucu dari anak mereka, Yudi Kusnandi.

Teman-taman arisan mertuaku, ibu-ibu kompleks malah mengeluarkan kata-kata yang sangat menyakitkan. Kepada mertuaku ada nyeletuk dan aku mendengarkan celetunkan itu.
“Bu Burhan, daripada menantunya mandul tidak bias memberikan anak, tukar saja mantunya, cerakan aja oleh oleh Yudi anak Bu Burhan itu, cari istri lain yang subur yang bias memberikan anak. Tidak gabuk seperti mantu sekarang ini, celetuk Bu Eko Harjanto, teman Bu Burhan, mertuaku.
Aku menangis mendengarkan kata-kata menusuk itu. Nyelekit dan menghujam hatiku paling dalam. Bayangkan, aku disuruh ceraikan dan Mas Yudi Kusnandi diminta mencari perenpuan lain yang tidak mandul seperti diriku.
Untunglah mertua hanya tertawa dan omongan itu dianggap bercanda. Mertuaku hanya tertawa dan tidak dimasukkan ke hatinya. Namun, sebagai mantu yang dikatakan mandul itu, aku sangat miris dan sedih juga melihat mertuaku dalam tekanan teman-temannya.

Pada saat menggambarkan keadaan itu kepada Mas Yudi Kusnandi, cemoohan teman-teman ibunya yang nyelekit kepadaku itu, Mas Yudi Kusnandi meneduhkan hatinya.
“Sudah sayang, jangan masukan hati. Biasa ibu-ibu yang kurang pendidikan, ngomongnya ngawur dan tidak terdidik mulutnya dalam mengeluarkan kata-kata. Sudahlah, jangan dipikirkan itu,”desis Mas Yudi Kusnandi, mendinginkan hatiku yang membara.

Walau beberapa kali gagal dengan dokter dan pengobatan herbal, namun aku dan Mas Yudi Kusnandi tidak pernah putus asa dalam berusaha. Kami terus ikhtiar dan berdoa agar aku dapat hamil dan punya anak.
Maka itu, pada saat libur panjang, kami berdua terbang ke Tiongkok untuk berobat. Kami pergi ke Guang Zhou dan Busan Korea Selatan untuk mendatangi dokter ahli dan akar kandungan yang mampu membuat pasangan mandul menjadi subur. Hampir sebulan kami berobat ke Tiongkk dan Korea Selataam. Namun sayang, hasilnya tetap nihil da aku tidak hamil.

Setelah kembali ke negeri sendiri, aku dan Mas Yudi kembali aktif bekerja. Cuti panjang kami habiskan untuk berobat dan nyaris tidak menikmati liburan itu sebagai hiburan. Beobat dan berobat. Usaha dan usaha untuk mendapatkan bayi sendiri. Namun, Tuhan belum memberikan san kami nyaris putus asa
Pada saat pesta ulang tahunku yang ke 43, Kamis Wade, 5 April 2012, seorang tamu misterius datang ke pesta ulang tahunku. Hadir tanpa diundang di acara meriah pakai Live Music meriah yang diadakan di kolam renang rumah kami. Sebuah pest ataman yang anggun dengan undangan ratusan tamu. Baik teman-temanku maupun teman-teman suamiku. BAik teman-teman sekolah dan teman kuliah dulu maupun teman-teman kerja. Enam ratus tamu yang hadir dan semua memberikan selamat dan hadiah –hadiah tertentu sebagai tanda mata untukku.

Diantara tamu yang berpakaian bersahaja sebagai pakaian resmiorang pesta, ada tamu aneh yang sunggu unik berpakaian baju gamis Arab dengan sandal kulit di kakinya. Pria itu berumur kurang lebih 70 tahun, berjenggot putih, panjang dan memberikan ucapan selamat ulang tahun kepadaku. Aku menjabat tangannya dan memberikan sikap hormat kepadanya. Begitu juga dengan Mas Yudi Kusnandi suamiku. Mas Yudi juga menjabat tangan orang asing itu dan bertanya beberapa hal. Namun, pria itu tidak bias menggunakan Bahasa Indonesia. Dia menggunakan Bahasa Arab dan tidak ada satupun dari kami bias berbahasa Arab.
Dengan bahasa isyarat, Mas Yudi Kusnandi mempersilahkan tamu asing itu mencicipi makanan, minuman dan buah yang tersedia. Dia tidak tertarik untuk menyantap hidangan pestaku. Dia hanya ijin minta air putih segelas dan meminumnya hingga habis.
Aku dan Mas Yudi Kusnandi memperhatikan bapak-bapak tua itu, sambil sesekali kami menerima tamu yang baru hadir. Yang memberikan selamat ulang tahun kepadaku dan selamat kepada suamiku yang baru jabatan dikantornya. Pesta itu, selain pesta ulang tahunku, sekaliam juga selamatan akan kenaikan pangkat suamiku. Kini dia menjadi kepala bagian dikantornya dan mendapatkan gaji tambahan dan tunjangan-tunjangan yang banyak.

Sebelum pamit pulang, pria asing itu memberikan selembar kertas kepadaku. Kertas itu tertutup rapat, ukuran kecil dan kugenggam rapat, sambil kuberitahukan kepada suamiku. Mas Yudi Kusnandi memberikan kode aku terima saja kertas itu dan aku simpan dalam saku busanaku malam itu.
Dalam hitungan detik, bapak-bapak itu raib. Dia menghilang seperti angina. Lenyap di antara ratusan tamu pestaku diarea kolam renang dan halaman samping rumah ku itu.
“Kemana dia? Tanyaku, kepasa Mas Yudi Kusnandi.
Mas Yudi Kusnandi menghambur mencari pria itu. Ke mana arah jalannya dan di mana dia pergi. Namun aneh sekali, dia tidak ada sama sekali. Bukan karena jalan cepat lalu menghilang, tetapi memang raib, lenyap seperti angina.

“Dia bukan manusia biasa, dia dari bangsa jin barangkali, Mah,” celetuk Mas Yudi Kusnandi. Di telingaku.
Jantungku berdetak hebat, hatiku terguncang oleh orang ajaib itu. Maka itu, akan bertanya pada semua tamu yang mungkin melihat pria berpakaian gamis dan berjenggot putih tadi. Namun, setiap tamu yang kutanya, semua menggeleng, bertanda bahwa mereka tidah melihat orang yang ciri-cirinya aku gambarkan itu. Duh Gusti, siapa itu? Makhluk apa dia? Batinku.
Pesta makin malam makin meriah. Ada lima artis ibukota yang aku undang untuk menyanyi. Kami bayar dengan harga standard. Tiga pelawak top pula kami libatkan, menghibur tamu undangan malam itu. Namun, di balik kemeriahan pestaku, aku masih memikirkan tamu aneh itu. Bahkan. Mas Yudi Kusnandi jugam terus mengawasi ke setiap pojok, mencari siapa sebenarnya lelaki asing itu.
Aku juga mencari-cari dan terus mencari yang mungkin saja bias menemukan pria berjenggot putih bertampang Arab itu.

“Mungkin dia bangsa jin dari Arab, dari Timur Tengah Mas, bukan manusia biasa. Coba kita telpon Bunda Rusdwi ahli jin, Tanya dia, jika perlu besok minta adar dia datang ke rumah kita,”usul Mas Yudi Kusnandi, kepadaku di akhir pestaku malam itu.
Pestaku usai. Semua urusan honor artis dan pelawak aku selesaikan malam itu. Biaya pesta itu hamper Rp 600 juta dan aku ikhlaskan untuk kebahagiaanku dan kebahagian Mas Yudi Kusnandi, Apalah artinya uang habis, jika itu untuk kesenangan kami berdua. Anak tidak punya, cari uang sungsang sumbel tidak buat siapa-siapa, tapi hanya untuk kami berdua.
Besok paginya aku dan Mas Yudi Kusnandi menelepon ahli jin Bu Rusdwi. Pakar supranatural itu tertawa terpingkal-pingkal karena dia melihat ada jin datang kepestaku malam itu. Dia melihat dari kejauhan dengan disiplin ilmu supramistiknya.

Dia menggambarkan sosok jin itu, di mana pakai baju gamis warna hitam. Jenggot putih dan pakai kupluk warna kuning. Berikut sandal kulit silang di kedua kakinya. Semua yang digambarkan benar dan Bunda Rusdwi tahu betul tentang pria itu. Bunda Rusdwi memang ahli dalam hal jin karena beliau juga paranormal yang memelihara ratusan jin di rumahnya. Bunda Rusdwi adalah family Mas Yudi Kusnandi, masih hubungan sepupu, misanan, yang sejak kecil mereka berdua berteman dan tumbuh bersama saat masih tinggal di Tebet Timur, Jakarta Selatan.
“Ada sesuatu yang berbentuk barang yang diberikan oleh tamu misterius itu? Tanya Bunda Rusdwi, kepadaku.
“Oh ya, bunda, ada kerta pemberiannya, aku sompan di dalam saku bajuku. Sebentar ya, aku ambil,” kataku, menuju ke kamar sambil memegang handphone.
Aku merogoh saku busanaku yang kupakai tadi malam. Dan benar kertas pemberian tamu itu masih ada dan aku buka.
“Coba lihat, apa isi kertas itu,” teriak Bunda Rusdwi, penasaran.
“Isi kertas itu pasti ada maksud penting untuk kebaikan kalian, tekan Bunda Rusdwi, dari rumahnya di Depok, Jawa Barat
Aku meletakkan handphone di telingaku sambil kupegang dengan tangan kiri karena ditelinga kiri. Sementara tangan kananku membuka kertas itu. Setelah terbuka semuanya, kertas itu bertuliskan Arab, dengan satu kata, Zakaria.
“Bunda Rusdwi, tulisan kertas itu hanya Zakaria. Ya, satu kata, Zakaria,” teriakku.
“Oh Zakaria, saya tahu,”balas Bu Rusdwi, serius.
Maksudnya Bunda Rusdwi, adalah Nabi Zakaria, rasul Allah yang tidak bias punya anak dalam waktu yang lama. Nabi Zakaria itu punya anak saat dia berumur 120 tahun, sementara istrinya kala itu, Kanjeng Bunda Zakaria berumur 79 tahun,” cerita Bu Rusdwi.

Bunda Rusdei langsung ke rumah dengan taksi. Dia serius untuk mengurusi kehadiran jin Timur Tengah yang datang ke pestaku itu. Bunda langsung melakukan ritual. Berkomat kamit di kolam renang, tempat dimana hadirnya lelaki asing ketika menemui di  pesta tadi malam.
Luar biasa, Bunda Rusdwi bias berdialog dan tamu itu hadir ladi dengan sosoknya seperti tadi malam. Mereka berdua terlibat perbincangan serius selama lima belas menit. Kami tidak boleh mendekat dan kami memperhatikan dari dalam rumah kami.
Beberapa saat kemudian, Bunda Rusdwi menghentikan dialognya, Arkian, jin dari Timur Tengah itupun, menghilang kembali, entah kemana.

Bunda Rusdwi mengajak aku dan Mas Yudi Kusnandi berbincang di ruang tamu, Kami bertiga berbuncang serius soal Nabi Zakaria yang ditulis oleh jin itu untuk kami. Bunda Rusdwi minta kami mengirim surat Al- Fatihah setiap usai sholat. Al-Fatihah untuk kanjeng Nabi Zakari dan Kanjeng Nabi Yahya, anaknya. Selain Sholat wajb, kami juga dianjurkan Bunda Rusdwi untuk sholat tahajut minta anak. Setiap malam dijalani dan tidak boleh lupa mengirim surat Al- Fatihah untuk Kanjeng Nabi Zakaria  dan Kajeng Nabi Yahya.
“Siap, kami akan jalankan dengan rutin,” kata Mas Yudi Kusnandi, suamiku.
Sepulang Bunda Rusdwi, kami menjalankan apa yang diperintahkannya. Kami sembahyang dan setiap usai sholat kami kirim doa dan Al-Fatihah untuk Kanjeng Rasulullah Nabi Zakaria dan Kanjeng Rasul YAhya Alaihisaalam.

Setelah sebulan aku menjalankan ritual itu, diluar dugaan, aku terlambat menstuasi begitu periksa ke dokter Herman Nur, Heman Nur terperangah, ternyata aku hamil. Semua memberi selamat kepadaku dan kepada Mas Yudi Kusnandi, Aku hamil disaat umurku 43 tahun dan Mas Yudi Kusnandi berumur 50 tahun. Usia kehamilanku makin lama makin besar dan aku memeriksakan dengan teliti dan rutin kepada dokter Herman Nur.

Kini tahun 2015 ini anakku sudah agak besar. Umurnya sudah tida tahun dan kemarin ulang tahunnya yang ke tiga, Walau hanya satu, anak lelaki, aku bahagia sekali karena kebahagiaan ini kebahagiaan ibuku juga ayahku, mertuaku dan semua keluarga besar kami. Kehidupan kami makin semarak dan aku tidak dikatakan mandul lagi. Aku tidak di ejek gabuk lagi dan kami dihormati teman-teman mertuaku sebagai wanita sejati.
Wanita sejat yang bias menjadi istri yang baik dan ibu yang baik. Istri yang baik yang telah memberikan anak untuk suamiku, walau agak terlambat, tatkala berumur resiki tinggi, saat usia ku menjelang 43 tahun. Hampir setengah abad. Bunda Rusdwi bilang, bahwa jika Allah Azza Wajalla menghendaki, tidak ada yang tidak mungkin bagi Nya. Allah justru memberikan anak padaku saat umurku sudah 43 tahun, itu masih biasa. Kata Bunda Rusdwi, yang luar biasa bagaimana Allah memberikan anak kepada Nabi Zakaria ketika Kanjeng Nabi berumur ratusan tahun. Dan Ibu Zakaria melahirkan dan hamil ketika  umurnya sudah 79 tahun.
“Jika Allah bekehendak, tak ada yang tak mungkin di kaki langit ini,” tutur Bunda Rusdwi, kepadaku.

Pelet Bulu Perindu
Pelet Dari Jarak Jauh Nan Ampuh
Gebetan Anda Kembali Rindu Lagi, Tanpa ritual
Klik di sini
Pesan WhatsApp: 62895-35644-0040 Bersponsor -

>