Owah Gingsire Jaman Beragam Ramalan Kraton

1. Wong Momong Mitenah Sing Diemong
JANGKA Jayabaya yang berisi ramalan tentang keadaan yang perlu diketahui oleh manusia diterangkan Prabu Jayabaya sebagai berikut:

a.    Wong momong mitenah sing diemong
Orang yang seharusnya merawat malah menjebloskan dan menjerumuskan. Orang yang seharusnya mengasuh akan tetapi malah memfitnah yang diasuh. Karma ke¬benclan dan hilangnya sifat amanat. Misalnya, pemimpin malah menipu rakyat, guru menjerumuskan murid dan sebagainya.

b.    Wong jaga nyolong sing dijaga
lbaratnya pagar makan tanaman. Seseorang yang seha¬rusnya melindungi malah merusak, seseorang yang ha¬rusnya menjaga malah mencuri. Misalnya petugas kehu¬tanan yang seharusnya menjaga wilayah hutan namun malah melakukan penjarahan dengan cara yang kotor dan licik demi keuntungan pribadi. Prajurit yang seharusnya mengamankan wilayah malah membuat kerusuhan sekadar agar anggaran negara yang akan dikorupnya bisa cair.

c.    Wong njamin njaluk dijamin
Orang yang memiliki hak dan fasilitas untuk menjamin tapi justru minta jaminan. Hal ini karena rendahnya kua¬litas mental dan ruhaninya sehingga dia sendiri melaku¬kan penyelewengan-penyelewengan. Oleh karena itu dia pasti akan meminta agar penyelewengannya dijamin tidak dibocorkan karena akan merusak karir dan kehormat¬annya. Misalnya seorang hakim penegak keadilan yang merasa terancam karena dia telah berlaku tidak jujur.

d.    Akeh wong mendem donga
Orang mabuk biasanya karena kebanyakan. Orang ba¬nyak-banyak berdoa tapi tidak terkabul? Apakah Tuhan sudah tuli? Tidak, Tuhan Maha Mendengar. Akan tetapi karena orang berdoa. kepada Tuhan sementara perintah¬Nya dilalaikan. Nabi yang diutus Tuhan ke dunia dilupakan. Perilaku setan yang seharusnya ditinggalkan tapi malah diperkawan. Maka sejuta, kah pun berdoa, hanya akan membuat "mendem".

e.    Kana-kene rebutan unggul
Di sana-sini rebut menang dan kuasa. Setelah menang lamas menindas. Demi kemenangan, orang lupa diri lan¬tas memeras, menindas dan melibas. Demi unggul, orang tega memukul, menjegal, dan menyikat kiri kanan. Persaingan ini sangat buruk, karena kemenangan sese-orang tidak didapatkan secara fair, tapi dari kekuatan, kekuasaan, kekayaan dan keturunan. Orang yang miskin, lemah, bodoh, dan dari keturunan biasa-biasa saja tidak akan pernah ikut bermain dalam masyarakat, kecuali sebagai "pelengkap penderita" saja.

2. Ukum Agama Dilanggar
Jangka Jayabaya yang berisi ramalan tentang keadaan yang perlu diketahui oleh manusia, diterangkan Prabu Jayabaya sebagai berikut:

a.    Ukum agama dilanggar
Agama, akan dilawan dan hukum-hukumnya dilanggar bahkan dilecehkan. Hukum setan ditegakkan. Hukum rimba, berlaku. Demokrasi kadang-kadang akan menjadi momok. Barangsiapa menang jumlah, walaupun sarang kejahatan, maka is akan menang.

b.    Prikamanungsan Bides-files, kasusilan ditinggal
Manusia mengalami nir-eksistensi diri. Malah jadinya lupa diri, hilang ingatan dan hilang akal. Manusia yang lupa kemanusiaannya adalah manusia yang gila. Perilaku di luar batas kemanusiaan adalah binatang. Lenyapnya kesusilaan dimulai dari hilangnya rasa malu. Kata nabi, jika telah hilang rasa malu padaa dirimu, maka perbuatlah apa saja yang kamu mau. Manusia zaman ini pelan-pelan telah menyimpan rapi rasa malu itu di rak lemari dan sekah dua kah mencoba melanggar etika. Lama-lama hal itu akan menjadi kebiasaan seiring dengan lenyapnya rasa malu itu. Maka norma-norma dilanggar dan kesusilaan akan terabaikan.

c.    Wong cilik dadi korbane jajil
Orang bawah menjadi kurban penipuan, penindasan, pemerasan, dan intimidasi. Orang-orang yang lugu dan ti¬dak berdosa menjadi korban keserakahan. Seperti kata pepatah, gajah bertarung sama gajah pelanduk mati di tengah-tengah. Konflik antarorang-orang besar berkecamuk, maka rakyat kecillah yang kelaparan.

d.    Ana ratu duwe pengaruh Lan duwe prajurit
Ratu dalam hal ini bisa bermakna raja atau presiders. Seorang pemimpin atau suatu negara yang sangat kuat. Negara itu memiliki kecanggihan teknologi, kemapanan ekonomi dan memiliki prajurit yang tangguh. Negara itu menguasai daratan, lautan, bahkan luar angkasa.

e.    Negarane ambane saprawolon
Seorang pemimpin yang berpengaruh itu menguasai har¬ta kekayaan seperdelapan dari kekayaan seluruh orang di negara itu. Orde Baru yang telah berkuasa selama 32 tahun menghasilkan pemusatan kekayaan negara pada beberapa orang saja. Bahkan beberapa konglomerat ha¬nya berasal dari satu keluarga. Maka ia kaya-raga dan berkuasa tidak hanya dari politik saja tapi juga ekonomi. Akan muncul negara adidaya yang memiliki kekuasaan yang sangat luas sampai seperdelapan dunia. la mengua¬sai aset-aset besar dunia. Dan mencengkeram dunia dalam pengaruhnya.

f.    Wong mangan suap saga ndadra
Suap-menyuap semakin banyak seperti lingkaran setan yang tidak jelas pangkalnya. Gedung parlemen yang suci karena tugasnya menentukan arah ke mana negeri akan di bawa telah menjadi ladang suap-menyuap yang subur. Gedung-gedung pencetak intelektual dan ulama pun tidak
luput dari suap menyuap yang merupakan penyakit sosial paling keji.

g.    Pandhereke ratu add Gathutkaca mayuta-yuta
Ajine sabda dadi, pengawak Bathara Indra Pasuryan Bathara Kresna, agegaman Trisula Wedha. Pengikut ratu adil Gathutkaca berjuta-juta, ajlannya sabda jadi, badan Batara Indra, wajah Batara Kresna, bersenjatakan Trisula Wedha. Pengikut ratu adil adalah pasukan Gathutkaca atau sirullah berjuta-juta. Berpusakakan sabda jadi kun fayakun, berpostur tubuh gagah tampan dan berwajah penuh senyum kharismatik seperti Batara Indra; berwa¬wasan dan berpengetahuan luas serta memiliki mental tegas bersahaia seperti Batara Kresna. la mampu melin¬dungi para pemeluk trisula wedha, yakni tiga agama Hin¬du–Buda, Kristen, Islam.

h.    Sekti tanpa aji-aji, sinuyudan wong satanah Jawa
Idune idu geni, sabdane malati. pemimpin ini sakti bu¬kan dengan ajlan. Tapi ia "sakti" karena pandai menyia¬sati keadaan, fasih bicara, berpengetahuan luas. Kalaupun menang tanpa mengalahkan musuh, menjadi junjungan atau pemimpin manusia setanah Jawa. Analisa sosialnya tajam sehingga digambarkan "berludah api". Siapa yang berkeras hati kalah, siapa yang berniat buruk pasti celaka.

i.    Ingaran begawan dudu begawan, sinebut pandita dudu pandita, Sinebut dewa kaya manungsa, aputus wedha Jawa
Pemimpin ini menjunjung tinggi ajaran agama. Begawan dan pendeta dalam konsep Hindu-Buda adalah pemuka agama, pemimpin spiritual, pembimbing ruhaniah umat. Akan tetapi pemimpin yang diramalkan ini tidak mau
disebut "dews" atau waliyullah, atau agamawan, tapi hanya manusia biasa. la menguasai ajaran Jawa, artinya is tahu betul tentang rakyat yang dipimpinnya.

3. Kreta Tanpa Kudha
Jangka Jayabaya yang berisi ramalan tentang keadaan yang perlu diketahui oleh manusia diterangkan Prabu Jayabaya sebagai berikut:

a.    Besuk ana kreta tanpa kudha
Ingatlah suatu saat bila telah ada kereta tanpa kuda. Akan datang suatu masa di mana ada kendaraan tanpa kuda. Pada jaman Jayabaya dahulu, kereta ditarik dengan tena¬ga kuda. Hari ini, kita telah menyaksikan dengan mata kepala sendiri, jaman tanpa kuda. Mobil, bis, truk, kereta api, sepeda motor dan banyak "kereta" lain tanpa meng¬gunakan energi kuda, tetapi energi mesin. Energi mesin itu bahkan telah menggerakkan roda sejarah sedemikian cepat.

b.    Pulo Jawa kalungan wesi
Tanah Jawa akan berkalung besi. Kalung besi adalah tam¬sil rel kereta api. Jaman ini pun sudah terjadi. Sepanjang Banyuwangi–Merak sudah diselubungi rel kereta api yang membawa puluhan ribu penumpang setiap hari. Sejak kereta api melintasi pulau Jawa, zaman modern mulai menapaki tanah Nusantara meninggalkan gerbang masa lalu yang gelap.

c.    Ana prahu mlaku ing gegana
Ada perahu yang terbang mengangkasa. Pada jaman Jayabaya, belum ada istilah yang tepat untuk benda tersebut seperti pada jaman sekarang. Perahu, biasanya ber¬layar di laut. Kini, perahu yang terbang di angkasa sudah terwujud berupa pesawat terbang. Puluhan pesawat ter-bang lalu lalang setiap hari melalui angkasa kita. Dengan adanya pesawat terbang, manusia mampu menguasai dir¬gantara dan semakin membukakan mata bahwa ternyata bumi ini bulat dan hancurlah mitos-mitos masa purba yang keliru.

d.    Ana swara tanpa rupa
Suara tanpa wujud adalah tamsil kemajuan teknologi. Sa¬lah satunya adalah gelombang elektromagnetik. Gelom¬bang elektromagnetik pada saat ini termanfaatkan antara lain dengan radio dan televisi. Gelombang elektromag¬netik bisa ditangkap pada jarak yang ribuan kilometer, sehingga hanya terdengar suaranya saja, tanpa tahu wu¬judnya.

e.    Ana rupa tanpa swara
Rupa tanpa suara merupakan tamsil kemajuan teknologi seperti listrik. Listrik ada wujudnya, walaupun tidak bisa dilihat. Listrik adalah benda abstrak sejenis angin. Angin tidak kasat mata, tapi bisa diketahui melalui efeknya pa¬da dawn yang bergoyang dan semilirnya ketika menerpa tubuh kita. Sedangkan energi listrik mewujud pada ke¬mampuannya menghidupkan lampu-lampu, memanaskan setrika, memutar kipas angin, menggerakkan mesin dan sebagainya.

f.    Bumi saya suave saya mengkeret
Bumi semakin mengerut bukan berarti bola bumi semakin kecil. Akan tetapi zaman ketika teknologi semakin canggih dan berhasil mengatasi jarak dan waktu. Wujudnya misalnya televisi yang bisa menyajikan berita seantero jagad pada detik itu juga, transportasi yang telah membuat orang bisa mengarungi dunia hanya sehari semalam, telepon seluler yang membuat jarak seolah-olah tak berarti lagi. Waktu lampau pun bisa diulang lagi, misalnya suara seorang dhalang, waranggana, juru pidato, musikus, dan sebagainya bisa direkam dan didengar berulang-ulang. Suara pidato Bung Karno 50 tahun yang lalu, bisa didengarkan ulang pada saat ini dengan pesawat tape, VCD, radio atau televisi.

g.    Jaran doyan mangan sambel
Ini adalah tamsil akan adanya kendaraan yang luar biasa banyaknya sebagai alat transportasi manusia. Jaran adalah alat transportasi manusia kala itu. Tapi Jaran ma¬nakah suka makan sambal? Ia adalah sopir, masinis, pi¬lot dan sejenisnya yang merupakan pengendali alat trans-portasi itu. Sopir, masinis, dan pilot suka makan sambal.

4. Timah Dianggep Perak
Jangka Jayabaya yang berisi ramalan tentang keadaan yang perlu diketahui oleh manusia diterangkan Prabu Jayabaya sebagai berikut:

a.    Timah dianggep perak, emas diarani tembaga
Di sini, timah melambangkan sesuatu yang buruk. Se¬dangkan perak melambangkan nilai yang lebih baik. Ke¬burukan dikatakan kebaikan. Di sini, emas adalah ke¬murnian, kesejatian, nilai keagungan. Sedangkan tembaga adalah lambang kepalsuan. Pada zaman ini, yang sejati dikatakan palsu.

b.    Dandang dikandakake kuntul, kuntul diunekake dandang
Burung dandang berwarna hitam, lambang kejahatan dan nilai-nilai kebobrokan. Inilah zaman di mana perbuatan buruk dikata balk dan disanjung puja. Sementara, kuntul adalah burung berwarna putih sebagai tamsil kebaikan dan religiusitas. Artinya kebajikan justru dikatakan kebu¬rukan. Yang benar dikatakan salah dan yang salah dibe¬narkan. Dukungan masyarakat yang meluas pada Inul Daratista dan cemoohan orang Haji Roma salah satu con¬toh yang menunjukkan kebenaran tamsil ini. Sudah jelas mana baik mana buruk, mana benar mana salah, akan tetapi kecenderungan orang memihak kepada yang salah itu dan secara "aklamasi" dlanggap "benar".

c.    Wong doss sentosa, wong nyengit kesengit
Orang yang berbuat kejahatan semakin eksis. Siapa yang membenci eksistensi kejahatan itu akan dibenci dan di¬kucilkan. Orang baik-baik dipaksa menerima kemaksiatan itu. Perselingkuhandan perzinaan dalam keluarga semakin legal, kesuclan ditinggalkan. Penyelewengan dana disyahkan, kejujuran dlanggap penghambat kemajuan. Dalam penyusunan anggaran suatu program, maka hampir dapat dipastikan terdapat mark up dana yang sangat tinggi. Sementara orang yang menjaga kehormatan diri dibenci.

d.    Wong nganggur makmur, wong sregep krungkep
Orang yang menganggur makmur sedangkan yang rajin hancur. Maka orang cenderung malas bekerja dengan ba¬ik-baik. Bekerja dengan tekun hanya milik orang-orang yang lugu, orang yang licik dan penuh siasat licin, mela¬kukan penipuan dan pemerasan yang cepat mendatang-kan uang dalam jumlah besar. Setelah itu ia menikmatinya dengan bermewah-mewah dan seolah-olah "mengang¬gur

e.    Buruh mangluh
Buruh mengeluh tertindas majikan. Majikan tertindas pajak dan berbagai pungutan. Ia harus bekerja melebihi batas-batas kemampuannya tanpa penghargaan yang semestinya. Kasus Marsinah pada dekade tahun 90-an, disusul demonstrasi buruh di mana-mana menunjukkan betapa buruh benar-benar tidak tahan lagi menderitakan penindasan. Padahal, pada zaman ini jumlah buruh sangat banyak.

f.    Wong sugih krasa wedi
Semakin kerasnya tindak kejahatan, semakin mengkha¬watirkan orang yang punya bisnis mapan dan orang¬orang kaya untuk menjaga kekayaannya. la selalu merasa terongrong oleh tindakan-tindakan kejahatan sekecil apa pun karena mengganggu stabilitas usaha dan kenyaman¬an hidup.

5. Aja Gumun Aja Ngungun
Jangka Jayabaya yang berisi ramalan tentang keadaan yang perlu diketahui oleh manusia diterangkan Prabu Jayabaya sebagai berikut:

a.    Aja gumun aja ngungun, yaiku putra Bathara Indra Ngangsuwa sumur ratu tanpa makutha. Adalah putra Batara Indra. Batara Indra dalam pewayangan adalah pemimpin para dewa. Timbalah ilmu dari pentetahuan  "raja tanpa mahkota" itu. Raja tanpa mahkota maknanya orang yang memiliki kekuasaan, tapi bukan kekuasaan formal, atau "mahkota". Yakni orang biasa yang memiliki kedalaman pengetahuan tanpa harus menjadi penguasa. Ia berkuasa karena kecerdasan intelektual dan kekuatan spiritualnya
.
b.    Gegamane Trisula Wedha, dewa angejawantah manungsa
Tan pakra anggone nyandhang, tanpa busana narendra. Kehebatannya adalah bisa menyatukan tiga pusaka Jawa, yakni ajaran tiga agama Hindu-Buda, Kristen dan Islam. Ibarat dewa mengejawantah manusia. Dalam penampilan fisik sangat sederhana, tidak berpakalan seperti raja, ber¬arti ia berasal dari kalangan rakyat biasa, bukan ningrat.

c.    Wong wedi dadi priyayi
priyayi dalam konsep Jawa adalah setinggi-tinggi akhlak, sebaik-baik perilaku dan seberani-berani membela kebe¬naraii. Namun pada zaman ini, orang takut mengejar nilai-nilai kemuliaan, takut belajar, takut melakukan perbuatan-perbuatan terpuji yang merupakan simbol kepriyaylan itu. Orang takut berderma, memberikan santunan kepada si lemah, karena kadang-kadang justru didakwa dan difitnah. Orang takut membela si lemah, karena kadang-kadang justru diserang habis-habisan oleh orang yang tidak suka. Perbuatan-perbuatan yang merupakan simbol ketingglan akhlak sebagaimana sikap priyayi justru ditakuti dan dijauhi orang.

d.    Susahe wong cilik
Ketika negara telah menjadi imperium di mana para pencuri dan pendusta bertahta, maka dapat dipastikan bah¬wa rakyat kecil yang akan menderita. Pada hari ini saja, bersusahlah rakyat kerena tiap hari disuguhi berita-berita kenaikan harga ini, harga itu, pembebasan penguasa yang korup miliaran rupiah dari jerat hukum, pemberlan hu¬kuman seklan tahun kepada tukang becak yang mencuri makanan untuk anak istrinya dan sebagainya.

e.    Akeh wong dakwa dinakwa
Banyak orang saling tuduh, saling menyalahkan orang lain dan membenarkan diri sendiri. Sebagai contoh sindi¬kat-sindikat penasehat hukum saling menuduh dan menjatuhkan lawannya demi memenangkan kliennya, tanpa melihat kebenaran atas fakta yang terjadi.

f.    Polahe manungsa saga kuciwa
Moralitas manusia semakin terperosok dan bobrok. Ba¬tas-batas kemanusiaan semakin runtuh. Mirip binatang, bahkan lebih keji dari binatang. Misalnya, sekeji-keji hari¬mau tidak akan memakan anak sendiri. Tapi ado manusia yang lebih kejam dari binatang yang paling kejam. itu.

g.    Wong Jawa ilang Jawane
Terjadinya penindasan bangsa asing terhadap bangsa In¬donesia, dan Jawa khususnya telah membuat pribadi orang Jawa kerdil. Mereka menjadikan segala sesuatu yang serba luar negeri adalah hebat dan menganggap produk sendiri adalah buruk. Maka muncullah budaya keeropa-eropaan, kearab-araban, kejepang-jepangan, ke¬amerika-amerikaan dan sebagainya. Hal tersebut mem¬buat orang Jawa hilang identitasnya. Kepribadlan Jawa mulanya adalah soma dengan bangsa lain: percaya diri, tegas, tapi ramah tamah dan beretos kerja tinggi. Selaill itu, pada jaman ini, akibat globalisasi yang menembus benteng-bentang budaya lokal, membuat orang Jawa pun berbudaya global. Akan tetapi, sebenarnya sampai pada budaya global pun tidak, sedangkan akar tradisi telah ditinggalkan. Demikianlah tafsir orang Jawa hilang keja¬waannya.

h.    Wong Jawa kari separo
Orang Jawa di sini mewakili bangsa di Nusantara ini. Tinggal separuh, artinya latuh nilai kemanusiaanya ka¬rma kekuasaan, martabat dan kekayaannya telah diram¬pok, sementara kepercayaan dirinya telah dihancurkan. Idiom ini tidak bermakna secara kuantitas. Tapi makna¬nya adalah bahwa orang Jawa tidak punya daya apa-apa lagi. Penindasan asing yang bertubi-tubi membuat bangsa Jawa kehilangan identitas budayanya. Nama-nama keje¬pang-jepangan misalnya : Izaku iki, Takasi mura, Niki mura' menunjukkan penyanjungan terhadap bangsa Je¬pang dan tidak percaya diri dengan identitas lokal. Nama-nama pribumi kebarat-baratan seperti: Robert, John, Steven, David, menunjukkan penyanjungan terhadap bangsa Eropa. Mengapa nama seperti Sumarno, Sujoko, cokro, Sutopo, Cahyo, Suryo, Sumiyem, Wagiyem dan sebagainya kini menghilang?

6. Lando-Gina Kari Sejodho
Jangka Jayabaya yang berisi ramalan tentang keadaan yang perlu diketahui oleh manusia diterangkan Prabu Jayabaya sebagai berikut:

a.    Lando-Cina kari sejodho
Belanda tamsil penguasa. Sedangkan Cina tamsil peng¬usaha. Sejodho berarti sepasang atau berpasangan. De¬ngan demikian kalimat ini bermakna adanya pasangan atau kongkalikong antara penguasa dan pengusaha. Ke¬dua kekuatan itu bergandengan tangan "memeras keri-ngat dan menghisap darah rakyat". Jika pemimpin sudah mengejar kekayaan maka tamatlah riwayat kemerdekaan rakyat. Jika pengusaha besar sudah kolusi dengan pe¬nguasa maka dig akan semakin besar, bahkan suatu ketika ia telah menjadi konglomerat besar ia akan lebih berkuasa daripada penguasa. Rakyat makin gigit jari.

b.    Negara rusak amarga akeh peperangan
Terjadinya perang antarsuku dan antaragama pada akhir-akhir ini sangat mencemaskan, karena bisa jadi me¬luas menjadi perang saudara yang tidak ada habis-habis¬nya. Negara akan pecah belah karena peperangan. Jika api peperangan itu tidak segera dipadamkan, dikhawa-tirkan negara kesatuan akan terpecah-belah berkeping¬keping. Jika negara rusak karena ada peperangan, di situ rakyat ingin memiliki kepunyaan orang lain yang masih utuh dan tidak rusak karena peperangan. Oleh karena itu pemerintah harus menjaga keamanan sebaik-baiknya, melindungi hak milik perseorangan, dan menyantuni orang miskin.

c.    Perang gawe rugining wong cilik
Perang itu bagi rakyat memang tidak menyenangkan, sebab hanya merugikan nafkah pekerjaannya, tetapi bagi ksatria yang bertugas menjaga negara, adanya perang itu malah menyenangkan, lebih-lebih kalau perangnya itu membawa kemenangan.

d.    Negara akeh pepeteng
Negara sering kali kekurangan bahan makanan akan mem¬buat rakyat menjadi tidak tenang hidupnya. Kehidupan negara akan menjadi gelap-gulita, karena, kurang sandang kurang pangan.Orang-orang yang bermodal menimbun beras, gula, dan bahan makanan pokok lain sehingga menjadikan si miskin semakin kelabakan. Keadaan ini akan menimbulkan banyak huru-hara dan kerusuhan. pe¬nguasa yang tidak berjiwa besar dan berhati mulia tidak akan mampu mewujudkan kesejahteraan. Negara akan dikuasai oleh para pencoleng dan perusuh.

7. Wong Mangan Wong
Jangka Jayabaya yang berisi ramalan tentang keadaan yang perlu diketahui oleh manusia diterangkan Prabu Jayabaya sebagai berikut:

a.    Wong ala samangsa kuwasa dicedhaki wong akeh
Orang jahat kalau berkuasa didekati. Hal ini berbahaya, sebab ia akan tambah angkara murkanya, lagi pula orang lain akan dipakai sebagai sarana untuk memenangkan kejahatan itu. Di dalam zaman yang tidak menyenangkan banyak orang berpangkat dikejar dan disiksa, orang kaya dirampok harta bendanya. Tetapi pada jaman enak seba¬liknya, pencuri tidak ada, yang ada hanya ketentraman rakyat.

b.    Ratu kayo ratu pada rembtigan negara endi sing dipilih lan dise¬nengi
Para penguasa besar di dunia benar-benar arogan dan dengan seenaknya akan mencaplok mana saja dia kehen¬daki. Amerika Serikat kini secara tidak langsung mem¬proklamasikan diri sebagai raja dunia. Sayang kebesar¬annya bukan untuk melindungi si lemah, tapi justru untuk mencaplok, melindas dan menindas yang lemah.

c.    Akeh wong ijir, akeh wong cethil
Tidak ada ruang untuk berbagi dengan sesama. Tidak ada ruang untuk saling merasakan berbagi rasa. Orang bersifat kikir dan bakhil jika sudah memiliki. "Ringan sama dijinjing, berat lu yang pikul" bukan lagi slogan humor lagi, tapi lama-lama menjadi prinsip kepribadlan. Orang berat hati untuk menginfakkan hartanya untuk sedekah kepada fakir miskin, anak yatim, dan orang-orang terlantar.

d.    Wong mangan wong
Demi perebutan energi dan kekuasaan, orang tega men¬celakai orang lain, mengkianati teman seiring, menjegal kawan seperjuangan, bahkan membunuhnya. Demi ke¬menangan pribadi, orang tak ambil pusing dengan me¬nyerobot rizki orang lain. Hal ini sama hakikatnya dengan memakan dagingnya. Orang yang suka membicarakan aib dan keburukan orang lain sama halnya dengan mema¬kan bangkai orang itu. Akan datang masanya di mana orang saling membuka aib orang lain dengan fitnah dan tuduhan-tuduhan keji.

e.    Akeh omah ing ndhuwur jaran
Ini merupakan tamsil bahwa akan datang zaman di mana kendaraan atau alat transportasi menjadi hal yang sangat utama dalam "memindahkan" seseorang/barang ke tem¬pat lain. Oleh karena itu, kuda di sini dapat disimpulkan majunya sistem transportasi dunia. Banyak orang yang "berumah" dalam kendaraan itu, misalnya dalam kapal pesiar yang berbulan-bulan atau dalam bis yang beper¬gian berhari-hari.

f.    Akeh bencana tan dinyana-nyana
Winalikaning jaman jumedhuling ratu adil. Zaman pun berganti, diawali dengan banyaknya bencana yang tak terduga, orang yang berbuat kerusakan di muka bumi tunggang langgang. Misalnya saat terjadinya gempa bumi dan tsunami yang merata di hampir semua pelosok negara sekarang ini. Belum lagi banjir bandang, tanah longsor, lumpur panas muncrat ke atas menggenangi tanah ribuan hektar, lalu ada tanah yang amblas dan terancam menjadi danau. Puncaknya adalah ketika gunung-gunung berapi meletus bergantian, membuat pulau terbelah menjadi dua, mengguncang kehidupan dan menelan korban ratusan ribu jiwa, mendekati jutaan jiwa dan ini terjadi di banyak pulau. Itulah saat ketika Ratu Adil akan muncul ke dunia kemudian memimpin bangsa ini. Membangkit¬kan bangsa ini dari reruntuhan dan keterpurukan na¬sibnya.



Pelet Bulu Perindu
Pelet Dari Jarak Jauh Nan Ampuh
Gebetan Anda Kembali Rindu Lagi, Tanpa ritual
Klik di sini
Pesan WhatsApp: 62895-35644-0040 Bersponsor -

>