Jangka Jayabaya yang berisi ramalan tentang keadaan yang sangat perlu diketahui oleh manusia sekarang ini telah diterangkan Prabu Jayabaya sebagai berikut:
a. Luwih utama ngapusi.
Banyak orang yang suka menipu. lbaratnya, sekali ber¬bohong, maka seterusnya akan terpaksa berbohong un¬tuk menutupi kebohongan pertama. Kebohongan yang dinyatakan berkali-kali, akhirnya akan rancu dengan ke-benaran, bahkan Bering yang bohong itulah yang dlanggap benar. Kebohongan publik malah laku dijual dan menghasil keuntuingan bermilyar-milyar rupiah bagi pelakukanya.
b. Wong agung kasinggung, wong ala kapuja.
Yang mulia dilecehkan, yang jahat dipuji-puji.Orang yang mulia tersinggung. Para akademisi yang arif, para ulama yang tuntas dalam ilmu agama kecewa. Segala sesuatu berjalan di luar kendali mereka sama sekali. Orang jahat dipuja, dipahlawankan, didewakan, diberi gelar indah dan dianggap penolong. Orang hina dijunjung dan disanjung sebagai pejuang. Artis penjual kenikmatan erotis, dan menjual kemaluannya dipuja di mana-mana.
c. Ngumbar nafsu angkara murka, nggedhekake duraka.
Maka yang terjadi akhirnya adalah merampas hak milik orang lain, menggunting dalam lipatan atau menyalip di tikungan karena dengan demikian ia akan cepat menda¬pat kenikmatan. Persetan persahabatan, persetan kesetia¬kawanan. Akhirnya yang terjadi adalah menerabas men¬cari jalan pintas. Korupsi dan sejenisnya adalah perwu¬judan dari jalan pintas untuk menggapai kekayaan. Men¬curi, merampok dan manipulasi adalah jalan cepat untuk mendapat harta sebanyak-banyaknya tanpa harus melalui proses yang semestinya seperti logika petani: menanam, merawat, baru memetik.
d. Sing bener thenger-thenger, sing jahat munggah pangkat.
Orang yang berada di jalan yang benar kehilangan ke¬kuatannya. Para ulama, kiai dan para pendakwah terpinggirkan. Mereka yang jahat berkoalisi sesama golong¬annya untuk melanggengkan kekuasaan. Maka pangkat dan kedudukan mereka cepat naik.
e. Wong salah bungah, wong apik ditampik-tampik.
Orang yang jelas-jelas salah justru meraih kemenangan dan kesuksesan. Intrik-intrik politik jahatnya mendapatkan ruang leluasa untuk mencapai cita-citanya. Orang yang balk terlempar dari gelanggang. Dunia dipimpin oleh coaling, pezina, penipu, penindas, pendurhaka, dan koruptor.
f. Sing eman ora keduman, sing keduman ora eman.
Yang menyayangi justru tidak kebaglan tempat. Yang ber¬jiwa besar justru ditindas dan dilibas, secara terus terang atau dengan cara licik. Orang kaya boros dan berhura¬hura. Mereka berpesta-pesta memamerkan kekayaannya. Hal ini tentu menyakitkan bagi yang tidak punya. Dan hal seperti ini anehnya justru disengaja dan dilakukan tanpa perasaan sama sekali..
g. Akeh wong mbambung, akeh wong limbung.
Banyak orang menggila. Ada yang gila harta, yang gila seks, yang gila kuasa, yang gila pujlan. Mabuk yang be¬nar-benar mabuk. Hilang titik kesadaran dan kemanu¬siaan menjadi orang yang hidup, dalam fatamorgana. Ma¬ka orang menjadi bingung. Tidak tabu lagi mana ajaran kebenaran yang harus diikuti dan mana ajaran kesesatan yang harus dihindari. Semua samar-samar, semua mem¬perdayakan.Perilakunya sudah tidak mirip manusia lagi.
4. Akeh Wong Adol Ngelmu
Jangka Jayabaya yang berisi ramalan yang mengerikan tentang keadaan yang perlu diketahui oleh manusia diterangkan Prabu Jayabaya sebagai berikut:
a. Akeh wong adol ngelmu.
Banyak orang menjual ilmu. Orang menakar ilmu penge¬tahuan dengan materi. Masuk ke sekolah atau perguruan tinggi dengan membayar puluhan juta rupiah. Akhirnya nanti setelah jadi ilmuwan ia menjual ilmunya dengan semena-mena kepada yang lemah. Peribahasa mengata¬kan, "Busuk ketekuk pinter keblinger".
b. Akeh wong ngaku-aku, njabane putih njerone dhadhu.
Banyak orang suka mengaku, meninggikan dan menon¬jolkan diri sendiri. Lain di bibir lain di hati. Seperti buah semangka, luarnya hijau tapi dalamnya merah. Luarnya tampak suci, tapi di dalamnya adalah jiwa yang keropos. Kata-kata ini perlambang kemunafikan yang menyelu¬bungi hati manusia. Dan kemunafikan itu sudah menjadi "umum". Bahkan karma itu orang yang membela kejujur¬an tidak akan punya kawan. Ada peribahasa lain, "Pan¬dhitaning antelu" yang artinya pendeta atau ulama se¬perti telur, luarnya putih dalamnya kuning. Ini tamsil to¬koh yang pada lahirnya kelihatan suci, tapi di dalam hati¬nya tidak demikian.
c. Akeh udan salah mangsa.
Suatu benda akan sangat besar nilainya jika tepat pada waktu, tempat dan orang yang membutuhkan. Sebalik¬nya, ia akan kehilangan nilainya sama sekali jika salah waktu, tempat dan siapa yang membutuhkan itu. Hujan salah musim bisa bermakna sebenarnya, yakni air hujan yang datang bukan pada waktunya sehingga hampir mubadzir, tapi juga bisa bermakna secara konotasi. Bantuan yang datang bukan pada saat yang tepat, sering kali ma¬lah menjadikan masalah baru bagi yang menerima ban¬tuan.
d. Agama akeh sing nantang.
Peraturan agama ditentang, secara sadar atau tidak. Me¬reka menggantikannya dengan peraturan buatan ma¬nusia sendiri. Sementara manusia yang i umlahnya banyak itu sulit bersatu. Rancangan Undang-undang yang sesuai dengn nilai agama malah didemo agar agal jadi undang¬undang. Mereka mengerahkan dana jaringan untuk menantang dan menentang ajaran agama ini.
e. Guru disatru.
Disatru artinya dimusuhi dengan sangat. Guru adalah orang yang mengajari kita menjadi bisa. Tapi setelah bisa guru itu dimusuhi ibarat keris Empu Gandring yang me¬nikam sang pembuatnya sendiri.
Pelet Bulu Perindu
Pelet Dari Jarak Jauh Nan Ampuh
Gebetan Anda Kembali Rindu Lagi, Tanpa ritual
Klik di sini
Pesan WhatsApp: 62895-35644-0040 Bersponsor
Pelet Dari Jarak Jauh Nan Ampuh
Gebetan Anda Kembali Rindu Lagi, Tanpa ritual
Klik di sini
Pesan WhatsApp: 62895-35644-0040 Bersponsor
>