Depresi? Obati dulu Insomnia

Depresi? Obati dulu Insomnia

Seorang mahasiswa dari Universitas Ryerson memeragakan peralatan laboratorium tidur Colleen Carney. Carney adalah penulis pertama dalam laporan baru yang diterbitkannya. Laporan tersebut berhubungan dengan terapi insomnia terhadap depresi.

Para ilmuwan mengatakan, jika masalah insomnia penderita depresi itu dapat disembuhkan, maka peluang pemulihan total mereka mungkin akan meningkat satu kali lipat. Hasil temuan ini diperoleh didasarkan pada sebuah percakapan, bukan mengandalkan obat untuk mengobati insomnia yang berasal terapi. Hal ini juga merupakan temuan pertama yang didapat dari serangkaian penelitian yang mendapat perhatian serius dalam bidang depresi dan tidur, dan hasil penelitian ini akan dipublikasikan pada tahun depan.

Laporan baru terkait telah memastikan sebuah hasil penelitian panduan sebelumnya dengan skala yang lebih kecil, yang memberi keyakinan kepada para ilmuwan : pengobatan insomnia benar-benar dapat menghasilkan efek yang baik. Jika data terkait tidak digulingkan, maka ini akan menjadi kemajuan terbesar yang diperoleh dari sisi pengobatan depresi sejak hadirnya Prozac pada 1987 silam.

Depresi adalah gangguan mental yang paling umum, statistik pemerintah menunjukkan bahwa setiap tahun di Amerika terdapat sekitar 18 juta penderita depresi, dan separuh di antaranya menderita gejala insomnia.

Ahli terkait yang memahami laporan tersebut menuturkan, bahwa hasil penelitian itu kredibel, jika didukung oleh penelitian lain, maka pengobatan depresi akan mengalami perubahan besar.

Nada L. Stotland, profesor psikiatri dari Rush Medical College, Chicago, AS mengatakan, "Bagi bidang terkait, ini jelas merupakan kabar baik."

"Secara klinis, hal itu sangat wajar. Jika Anda mengalami depresi, dan kerap tidur malam hari, sangat kesepian, hidup dalam kegelapan. Setiap saat Anda menyadari dunia di sekeliling Anda sedang tertidur pulas, sehingga segala kekhawatiran Anda pun semakin besar" demikian lanjutnya.

Dalam sebuah wawancara, penulis pertama laporan tersebut, Colleen E Carney mengatakan: "Menurut saya, jika ditilik dari perkembangan penelitian, kita seharusnya mulai meningkatkan pengobatan terhadap insomnia, sehingga meningkatkan efek pengobatan depresi yang konvensinal."

Carney mengakui bahwa skala studi itu memang kecil, hanya 66 pasien. Tapi seiring dengan hasil penelitian yang dipublikasikan tim peneliti lain, akan dapat menunjukkan gambaran yang lebih jelas. Studi-studi ini sedang berlangsung di Stanford University, Duke University dan University of Pittsburgh, setiap penelitian masing-masing memiliki 70 objek penelitian. Sehubungan dengan hal ini, Association for Behavioral and Cognitive Therapies akan mengadakan pertemuan di Nashville, dan Carney akan merepresentasikan data mereka sendiri dalam pertemuan tersebut.

Selama ini, para dokter mengganggap bahwa gangguan tidur merupakan sebuah gejala depresi, dapat diatasi melalui pengobatan, Rachel Manber, profesor bidang psikiatri dan perilaku dari Stanford University mengatakan, bahwa dia telah memberikan dasar penelitian berskala luas dalam percobaan awalnya terhadap pengobatan insomnia pada 2008 lalu. Namun, sekarang kita tahu, kalau kondisinya tidak sepert itu. "Hubungan ini bersifat dua arah, insomnia mungkin lebih dulu dari depresi," katanya.

Gejala insomnia yang sebenarnya lebih serius daripada masalah gangguan tidur sebagian besar orang. Penderita setidaknya akan mengalami keberlangsungan gangguan tidur jangka panjang selama satu bulan, dan jika menyebabkan masalah dalam pekerjaan sehari-hari, masalah dalam keluarga atau terkait hal-hal penting lainnya, baru bisa didiagnosis sebagai gejala insomnia. Beberapa studi saat ini menunjukkan bahwa setelah menderita insomnia, risiko orang menderita depresi akan meningkat dua kali lipat- masalah tidur lebih dulu muncul pada gangguan suasana hati, bukan sebaliknya.

Mumble, Carney dan peneliti lainnya menggunakan terapi disebut "Terapi perilaku kognitif untuk insomnia", disebut CBT-I. Terapis akan membimbing orang untuk membentuk waktu bangun tidur yang teratur dan bertahan terus seperti itu ; saat bangun tidur jangan duduk melamun lagi di atas ranjang ; untuk menghindari agar tidak makan, membaca, menonton TV di tempat tidur, dan sejenisnya ; batalkan tidur siang.

"Maksud dari tujuan itu adalah, waktu Anda di tempat tidur hanya digunakan untuk tidur, tidak yang lain, setidaknya hal yang tidak kalah penting adalah "harus mengekang" konsep bahwa tidur itu butuh usaha, jangan menganggap ia merupakan hal yang harus Anda pecahkan," demikian tandas Carney. "Ketika orang-orang merasa perlu melakukan sesuatu agar dapat tertidur, saat itu jugalah masalah akan muncul."Lanjutnya.

Terapi ini berbeda dari "hygiene tidur" sebagaimana yang dikenal pada umumnya : latihan (olahraga) secara teratur, tapi jangan terlalu dekat dengan waktu tidur, hindari minum kopi pada malam hari, hindari menenggak minuman keras. Bagi Insomnia, kebiasaan sehat ini tidak bisa disebut sebagai pengobatan yang efektif.

Tubuh memiliki siklus ritme sirkadian yang komplek, di bidang psikiatri, sebagian besar dari kita telah mengabaikan siklus-siklus ini. "Terapi kami sebelumnya hanya melakukan bagaimana praktisnya saja kami mengobati masalah yang terjadi pada siang hari, jarang sekali memahami masalah yang terjadi di malam hari,"katanya.

Sumber : erabaru.net


Pelet Bulu Perindu
Pelet Dari Jarak Jauh Nan Ampuh
Gebetan Anda Kembali Rindu Lagi, Tanpa ritual
Klik di sini
Pesan WhatsApp: 62895-35644-0040 Bersponsor -

>